ESDM: 10 Juta Kompor Listrik untuk Serap Kelebihan Listrik PLN 5 GW

Muhamad Fajar Riyandanu
23 September 2022, 16:07
kompor listrik, PLN
123RF
Ilustrasi kompor listrik

Pemerintah menggelar program konversi elpiji 3 kilogram (kg) menjadi kompor induksi listrik untuk mengatasi oversupply atau kelebihan pasokan listrik PLN. Kementerian ESDM menghitung penggunaan 10 juta kompor listrik akan mampu menyerap 5 Giga Watt (GW) listrik.

“Seharusnya bisa menyerap oversupply listrik. Bila terpasang 10 juta unit kompor induksi, itu bisa menyerap 5 GW,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui wartawan di Ruang Sarulla Kementerian ESDM pada Jumat (23/9).

PLN saat ini mengalami kelebihan pasokan listrik yang cukup besar. Direktur PLN Darmawan Prasodjo pada saat Rapat Dengar Pendapat atau RDP dengan Komisi VI DPR pada 15 Juni lalu, mengatakan kondisi di Jawa dalam satu tahun ke depan akan masuk tambahan pasokan 6.800 Mega Watt (MW). Sedangkan tambahan permintaan hanya 800 MW.

Adapun di Sumatera selama 3 tahun sampai 2025, permintaan listrik tak sebanding dengan penambahan kapasitas listrik. Tambahan permintaan listrik hanya 1,5 GW, sedangkan penambahan kapasitas sebesar 5 GW. Wilayah Kalimantan dan Sulawesi juga mengalami hal serupa.

Arifin mengatakan saat ini pemerintah sedang melaksanakan uji coba program konversi kompor listrik dengan target penyaluran 300.000 unit hingga akhir tahun 2022. Program uji coba ini mengutamakan para warga yang berlangganan listik PLN 450 Volt Ampere (VA) dan 900 VA.

Pada tahun ini, proyek uji coba dilaksakan di Kota Solo, Jawa Tengah dan Kabupaten Badung, Bali. Di tiap kota dibagikan masing-masing kompor listrik untuk 1.000 keluarga penerima manfaat secara gratis. Satu paket terdiri dari satu unit kompor induksi dengan dua tungku masak yang masing-masing berdaya 1.000 watt. Selain itu, ada dua unit utensil berupa panci dan wajan serta modul Internet of Things atau IoT untuk menyimpan data konsumsi energi listrik.

Dengan adanya program konversi kompor lnduksi, para penerima paket akan memperoleh fasilitas penambahan daya listrik yang hanya bisa digunakan untuk operasional kompor. Para pelanggan 450 VA bakal ditambah menjadi 3.500 VA dan 900 VA menjadi 4.400 VA.

Pemerintah pun menjamin tak ada kenaikan tarif listrik bagi bara penerima paket kompor induksi. Arifin menyebut, anggaran subsidi listrik berpotensi untuk disesuaikan. “Tarif listrik harusnya dijaga sementara anggaran subsidi listiknya juga harus naik karena ada konsumsi,” ujar Arifin.

Dampak Negatif Kelebihan Pasokan Listrik PLN

Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan program elektrifikasi yang dilakukan oleh pemerintah beruapa konversi kompor induksi listrik dan pemanfaatan kendaraan listrik bertujuan untuk menyerap kelebihan pasokan listrik dari PLN.

Program elektrifikasi itu juga untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus menurunkan beban pengeluaran negara dari impor elpiji dan BBM. “Kami sama-sama paham oversupply listrik hampir 7 GW. Jumlah luar biasa, dengan program elektrifikasi ini diharap bisa meningkatkan konsumsi listrik masyarakat,” kata Mamit.

Kelebihan pasokan listrik akibat PLN membeli listrik dari produsen listrik swasta atau Independent Power Producer (IPP) dengan skema take or pay. Dalam skema tersebut, PLN diwajibkan untuk membayar meskipun listrik tidak terserap oleh masyarakat.

“PLN membeli suplai listrik dari IPP dengan kontrak, sehingga IPP ini tak ada urusan apakah listrik akan dipakai atau tidak, tetap PLN harus bayar," kata Mamit.

Sebelumnya Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Rida Maulana, mengatakan program perluasan kompor induksi dan kompor listrik merupakan salah satu cara untuk mengurangi kelebihan pasokan listrik. Kelebihan pasokan tenaga listrik terjadi di sistem Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) dan sistem Sumatera.

“Pemerintah mengupayakan motor listrik, mobil listrik dan kompor listrik itu semua untuk menyedot overcapacity dan mudah-mudahan ini jalan sesuai harapan untuk mengurangi oversupply,“ kata Rida saat ditemui wartawan di Kantor Kementerian ESDM pada Rabu (20/7).

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...