Survei: Kasus Sambo Penuh Drama, Kepercayaan kepada Polisi Turun
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA mencatat kasus pembunuhan Brigadir J atau Yosua yang dilakukan mantan Kadiv Propram Ferdy Sambo cs sebagai peristiwa paling dramatis pada 2022. Pembunuhan berencana itu juga yang menyebabkan tingkat kepercayaan masyarakat turun kepada polisi.
Direktur LSI Denny JA, Ardian Sopa, mengatakan kasus yang menewaskan Yosua tersebut penuh drama dan menjadi isu panas. "Kasus Ferdy Sambo seperti drama yang penuh isu panas dan perubahan karakter, dari kasus polisi tembak polisi, perselingkuhan, obstruction of justice, suami bela istri, penyalahgunaan kekuasaan, tuduhan uang gelap judi online, hingga narkoba," kata Ardian dalam keterangan tertulis dikutip Rabu (19/10).
Kasus ini menjadi perhatian banyak masyarakat dari berbagai lapisan. Dari hasil survei Denny JA kasus yang telah berjalan selama empat bulan tersebut diikuti oleh beragam usia.
Audiens berusia di bawah 30 tahun sebanyak 94,4% mengatakan sudah mendengar kasus Sambo. Sebanyak 88,5% dari usia 30-39 tahun pernah mendengar, serta 89,1% dari usia 40-49, serta 81,6% audiens berusia di atas 50 tahun mengatakan pernah mendengar.
Peristiwa pembunuhan Brigadir Yosua ini juga yang membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi Polri mengalami penurunan 13%. "Kasus Ferdy Sambo membuat kepercayaan masyarakat kepada polisi menurun 13%, dari 72,1% (sebelum kasus) menjadi 59,1%," kata Ardian.
Survei dilakukan pada 11--20 September 2022 kepada 1.200 responden di 34 provinsi dan menggunakan metode riset kualitatif dengan analis media, Focus Group Discussion (FGD), dan indepth interview. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview) dengan margin of error (Moe) survei ini sekitar 2,9%.
Menurut dia, tingkat kepercayaan publik kepada Polri pernah mencapai 87,8% pada 2018. Namun, setelah Pilpres 2019 kepercayaan terhadap polisi menurun pada angka 72,1% dan kasus Ferdy Sambo membuat kepercayaan pada polisi kembali menurun ke angka 59,1%.
Ardian menyebutkan, ketika kepercayaan pada polisi menurun, maka semakin banyak segmen masyarakat yang tak percaya pada polisi sebagai sebuah institusi. Khususnya, masyarakat yang tingkat di perkotaan.
"Masyarakat yang tinggal di kota, sebanyak 51,3% menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi. Masyarakat yang tinggal di pedesaan, sekitar 32,1% menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi," ujarnya.
Dari sisi gender, lanjut dia, laki-laki yang lebih banyak tak percaya dengan polisi. Sebanyak 39,3% masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi. Sementara, sebanyak 36,1% masyarakat yang berjenis kelamin perempuan menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi, " ujarnya.
Dari sisi pemeluk agama, kata Ardian, pemeluk yang beragama Islam lebih banyak yang tak percaya. Sekitar 38,6% masyarakat yang memeluk agama Islam kurang/tidak percaya terhadap polisi dan sekitar 29,3% masyarakat yang beragama non-Islam menyatakan kurang/tidak percaya terhadap polisi.