Investor Ritel Menanti IPO Empat Startup Jawara Asia Tenggara

Fahmi Ahmad Burhan
3 Maret 2021, 16:57
IPO, Gojek, Grab, Tokopedia, Traveloka
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Karyawan memegang kacamata miliknya saat mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (11/2/2021). Jelang libur Imlek 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,33 persen atau 20,69 poin menjadi 6.222,52.

Empat unicorn dan decacorn di Asia Tenggara yakni Gojek, Grab, Tokopedia dan Traveloka dikabarkan akan mencatatkan saham di bursa dengan cara menjual saham perdana ke publik alias IPO pada tahun ini. Kalangan investor ritel menanti IPO startup jumbo ini.

"Mereka tahu Indonesia memiliki populasi yang besar dan ekonomi yang berkembang, yang membuat mereka tertarik untuk membeli saham teknologi Indonesia," kata pendiri firma penasihat akuntansi dan keuangan Jidobox Masana Takahashi, dikutip dari KrAsia pada Selasa (2/3).

Sedangkan, investor institusional menurutnya cenderung kurang tertarik untuk berinvestasi di perusahaan teknologi yang sudah IPO. "Mereka akan membangun portofolio untuk melindungi nilai risiko, sehingga mereka akan memilih perusahaan yang memainkan peran penting dalam perekonomian negara mereka," ujarnya.

Langkah IPO ini merupakan salah satu strategi cetak untung (exit strategy) bagi startup. "IPO akan memberi lebih banyak opsi bagi investor untuk exit atau memonetisasi investasi mereka," ujar CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro kepada Katadata.co.id, Rabu (3/3).

Berdasarkan laporan The Future of Fintech in Southeast Asia oleh Dealroom, Finch Capital, dan MDI Ventures pada September 2020, jumlah startup fintech di Asia Tenggara yang akan menempuh strategi cetak untung terus meningkat. Total mencapai 32 startup pada 2023.

Strategi cetak untung dari investor untuk mengakhiri investasi dengan cara memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian. Bentuk exit strategy ini seperti mencatatkan saham perdana di bursa saham (IPO), merger dan akuisisi.  

Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani mengatakan setelah IPO, para startup jumbo RI juga akan menghasilkan likuiditas yang cukup. Alhasil, startup jumbo itu bisa memperluas layanan dengan mengajak atau mengakuisisi para startup lain yang bersinggungan dengan mereka.

Langkah IPO dan Merger Gojek-Tokopedia

Sebagian besar unicorn di Indonesia memang menyatakan minatnya untuk IPO. Tokopedia misalnya, sudah menunjuk Morgan Stanley dan Citi sebagai penasihat untuk IPO. Namun, “saat ini, kami belum memutuskan pasar dan metode untuk ini,” ujar perwakilan Tokopedia kepada Katadata.co.id, Desember lalu.

Salah satu opsi untuk IPO yang dikaji oleh Tokopedia yakni  perusahaan cek kosong alias SPAC. Unicorn e-commerce ini memang sempat dikabarkan bakal merger dengan SPAC asal Amerika Serikat (AS) Bridgetown Holdings Ltd.

Namun belakangan, Tokopedia disebut-sebut mengkaji merger dengan Gojek. Investornya yakni SoftBank pun dikabarkan mendukung rencana konsolidasi ini.

Sumber Bloomberg mengatakan bahwa kedua startup Tanah Air itu pada Februari lalu tengah menyelesaikan persyaratan untuk merger. Sumber itu juga menyampaikan, Gojek dan Tokopedia sedang membahas berbagai skenario kemungkinan merger.

Skenario pertama yaitu menggabungkan kedua perusahaan sebelum IPO di bursa Indonesia dan AS. Skenario kedua, Tokopedia akan IPO terlebih dahulu di bursa Indonesia. Lalu bergabung dengan Gojek sebelum mendaftarkan entitas gabungan di Negeri Paman Sam.

Meski begitu, baik Gojek maupun Tokopedia enggan memberikan penjelasan mengenai progres merger itu hingga saat ini. "Kami tidak dapat memberikan komentar terhadap rumor dan spekulasi di pasar," kata Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita kepada Katadata.co.id, Selasa (2/3).

Halaman:
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...