IMF: Risiko Resesi Makin Nyata pada 2023, Amerika Dekati Stagnasi
Dana Moneter Internasional atau IMF menyebut risiko resesi membayangi perekonomian dunia tahun depan. Probabilitas meningkat di sejumlah negara maju, dengan AS kemungkinan menghadapi pertumbuhan semakin lambat bahkan mendekati stagnasi.
"Risiko resesi sangat menonjol pada 2023, ketika di beberapa pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai titik terendah, tabungan rumah tangga yang terakumulasi selama pandemi akan menurun, dan bahkan guncangan kecil dapat menyebabkan ekonomi terhenti," kata IMF dalam laporan terbarunya dikutip Rabu (27/7).
Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini diperkirakan 3,2%, setelah revisi 0,4% dari perkiraan pada April. Pertumbuhan tahun depan akan melambat ke 2,9% setelah terpangkas 0,7%. Dengan pertumbuhan yang masih positif tersebut, IMF tak melihat resesi dalam outlook saat ini.
Meski demikian, aktivitas ekonomi global tampak melemah signifikan pada paruh kedua tahun ini. Sebagian besar prospek ekonomi negara maju untuk periode 2022 juga dipangkas. Ekonomi AS diturunkan 1,4%, zona euro 0,2%, Inggris dan Kanada 0,5%, Jepang 0,7%.
Prospek negara berkembang lebih beragam, ekonomi Cina dan India dipangkas. Tetapi prospek ekonomi negara berkembang lain seperti Rusia, Brasil, Mexico hingga Afrika Selatan dinaikkan di rentang 0,4-2,5%.
Seiring perlambatan tersebut, IMF menyebut probabilitas resesi meningkat pada kuartal mendatang. Kemungkinan negara-negara G7 masuk ke jurang resesi telah meningkat empat kali lipat, dengan probabilitas 15%. Di Jerman, kemungkinan resesi meningkat menjadi 25%.
Di Amerika Serikat, beberapa Indikator menunjukan resesi secara teknikal, atau pertumbuhan negatif dua kuartal berturut-turut, kemungkinan sudah dimulai. Dalam skenario alternatif IMF, yang mana berbagai kombinasi risiko terjadi, ekonomi AS dan Eropa bisa mendekati 0% atau stagnan pada tahun depan.
Skenario dasar IMF menunjukkan ekonomi AS diramal melambat tahun depan dengan pertumbuhan hanya 1%. Dalam perkiraan terbaru, ekonomi AS hanya akan tumbuh 0,6% secara tahunan pada kuartal IV 2023. "Ini akan membuatnya semakin sulit untuk menghindari resesi," kata IMF.
Terdapat enam risiko yang membayangi perekonomian dunia tahun ini, di antaranya:
1. Perang di Ukraina dapat menyebabkan penghentian tiba-tiba aliran gas Eropa dari Rusia
2. Inflasi bisa tetap tinggi jika pasar tenaga kerja tetap terlalu ketat atau ekspektasi inflasi tidak terjangkau, atau disinflasi tampaknya butuh upaya lebih besar dari yang diperkirakan
3. Kondisi keuangan global yang lebih ketat dapat menyebabkan lonjakan tekanan utang di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang
4. Wabah dan penguncian Covid-19 yang baru dapat lebih menekan pertumbuhan Cina
5. Peningkatan harga pangan dan energi dapat menyebabkan kerawanan pangan dan kerusuhan sosial yang meluas
6. Fragmentasi geopolitik dapat menghambat perdagangan dan kerja sama global.
Dalam skenario alternatif, di mana beberapa risiko tersebut terwujud, termasuk penutupan penuh aliran gas Rusia ke Eropa, risikonya terhadap inflasi akan meningkat dan pertumbuhan global melambat. Dalam skenario ini pertumbuhan mungkin hanya di sekitar 2,6% tahun ini dan 2% tahun depan.
"Di bawah skenario ini, baik Amerika Serikat dan zona euro mengalami pertumbuhan mendekati nol tahun depan, dengan efek negatifnya untuk seluruh dunia," kata IMF.