Prospek Ekonomi 2021: Kelahiran Baru Sektor Usaha dan Investasi

Happy Fajrian
29 Desember 2020, 08:00
Telaah - The Economist
Aleksandr Khakimullin/123rf
  • Bayang-bayang resesi akibat pandemi tetap menghantui ekonomi dunia dan Indonesia tahun depan.
  • Investasi dunia ditaksir mengkerut hingga 10% pada 2021. Tapi ada tren investasi mengarah ke sektor-sektor bisnis berkelanjutan.
  • Perdagangan global masih tertekan, namun ada harapan dari perdagangan intraregional, seperti RCEP.
  • Sektor kesehatan, pangan, dan teknologi informasi jadi harapan pertumbuhan ekonomi.

Tanda tanya masih menggelayuti perekonomian dan roda bisnis tahun depan. Pandemi corona tidak hanya merenggut jutaan nyawa manusia dan wabah resesi di seluruh dunia, namun juga mengubah total lanskap dan tatanan ekonomi. Beberapa sektor investasi dan bisnis malah menemukan momentum peningkatan di tengah upaya vaksinasi virus corona dan pemulihan ekonomi.

Ekonomi global sebenarnya sudah tertekan sejak tahun 2019 karena memuncaknya perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-Tiongkok dan memanasnya hubungan dagang AS dengan Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. Alhasil, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi  global tahun 2019, 2020, dan 2021, masing-masing sebesar 0,2%.

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal 2020 ini semakin memperburuk keadaan sehingga memicu wabah resesi ekonomi di mayoritas negara seluruh dunia. Ekonomi Indonesia pun resmi masuk masa resesi pada kuartal III lalu, dan ditaksir terus berlanjut hingga akhir tahun ini.

Pembatasan sosial dan penguncian wilayah (lockdown) di banyak negara juga menyebabkan terganggunya rantai pasok, produksi, dan permintaan dunia. Investasi dan volume perdagangan global pun turun signifikan. 

Dengan jumlah kasus positif dan kematian akibat Covid-19 yang terus meningkat hingga menjelang tutup tahun 2020, harapan pemulihan ekonomi tahun depan sangat bertumpu pada efektivitas penanganan pandemi.

Sejauh ini, tak banyak negara yang mampu mengendalikan penyebaran virus. Salah satunya yaitu Tiongkok. Ekonomi negeri panda itu pulih dengan cepat: dari terkontraksi 6,8% pada kuartal I 2020 lalu tumbuh pada dua kuartal berikutnya yakni 3,2% dan 4,9% pada kuartal III.

Tiongkok pun diyakini akan memimpin arah pemulihan ekonomi global. Sedangkan negara-negara lain justru menghadapi gelombang kedua penularan virus di ujung tahun ini.

Harapan terhadap pemulihan ekonomi tahun depan bertumpu pada sejumlah kabar positif mengenai penemuan dan dimulainya vaksinasi virus corona . Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menyebut perkembangan vaksin sebagai secercah harapan untuk masa depan yang lebih cerah.

“Yang terburuk telah dihindari dan sebagian besar perekonomian mampu bertahan dan bisa pulih secara cepat,” kata Chief Economist OECD Laurence Boone, awal Desember lalu.

Perubahan Peta Investasi Global

Seiring dengan berbagai kebijakan pembatasan hingga lockdown, investasi global ikut anjlok. Menurut laporan Investment Trends Monitor yang dirilis United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), aliran investasi asing atau foreign direct investment (FDI) global pada semester I 2020 merosot 49% secara tahunan atau year on year (yoy).

Penurunan FDI global karena melambatnya investasi pada proyek-proyek eksisting. Resesi ekonomi turut memicu  perusahaan-perusahaan di seluruh dunia mengevaluasi rencana investasinya pada proyek-proyek baru.

Berdasarkan lokasinya, aliran investasi ke negara-negara maju turun paling dalam yakni hingga 75% yoy pada semester I menjadi US$ 98 miliar. Sementara aliran FDI ke negara-negara berkembang turun hanya 16% pada periode yang sama. “Jauh lebih rendah dari yang diperkirakan,” tulis laporan UNCTAD.

Adapun, aliran FDI ke negara-negara Asia hanya turun 12% karena terbantu oleh kuatnya investasi dari Tiongkok. Pada semester pertama ini FDI yang mengalir ke negara-negara Asia berkontribusi lebih dari separuh FDI global.

Di sisi lain, investasi dalam bentuk merger dan akuisisi lintas negara sepanjang kuartal III tahun ini nilainya mencapai US$ 319 miliar. Merger dan akuisisi di negara-negara maju turun sebesar 21%, namun penurunan tersebut akan lebih dalam jika tidak terbantu aktivitas pada industri digital.

World Investment Report (WIR), UNCTAD memperkirakan pandemi menyebabkan investasi global tahun ini turun hingga 40% secara tahunan dibandingkan posisi pada 2019 yang mencapai US$ 1,54 triliun.

Artinya total FDI global akan berada di bawah US$ 1 triliun untuk pertama kalinya sejak 2005. Sementara pada 2021 FDI diperkirakan turun antara 5-10%. Baru pada tahun 2022, ada kemungkinan FDI kembali ke level sebelum pandemi Covid-19 namun pada skenario optimisme tertinggi.

Outlook ke depan masih sangat tidak pasti. Prospeknya masih tergantung pada durasi krisis kesehatan, dan efektivitas kebijakan negara-negara untuk meredam dampak ekonomi dari pandemi,” tulis laporan tersebut.

Adapun sektor-sektor yang semakin dilirik di masa pandemi ini, menurut laporan tersebut, yaitu sektor yang berkaitan dengan sustainable development goals (SDGs) alias ekonomi berkelanjutan. Dari 10 sektor dalam SDGs, enam di antaranya menikmati lonjakan investasi yang signifikan.

Keenam sektor tersebut yaitu infrastruktur, mitigasi perubahan iklim, pertanian, kesehatan, telekomunikasi, dan ekosistem serta biodiversitas.

REALISASI INVESTASI DI NTB
REALISASI INVESTASI DI NTB (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/wsj.)

Prospek Cerah Investasi Indonesia

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi Indonesia hingga kuartal III tahun ini sudah kembali naik, setelah turun cukup dalam sejak ditemukannya kasus pertama Covid-19 pada Maret lalu.

Total realisasi investasi hingga kuartal III tahun ini mencapai Rp 611,6 triliun atau naik 1,7% secara tahunan dari Rp 601,3 triliun pada periode yang sama 2019, terutama didorong oleh penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Realisasi investasi di Indonesia hingga kuartal III 2020 dapat dilihat pada databoks berikut:

 

Namun, penanaman modal asing (PMA) kuartal III masih turun 5,1% menjadi sebesar Rp 301,7 triliun dari Rp 317,8 triliun periode yang sama 2019. Sebaliknya penanaman modal dalam negeri (PMDN) naik hingga 9,3% menjadi Rp 309,9 triliun dari Rp 283,5 triliun.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menjelaskan, tren investasi asing pada kuartal III meningkat pada sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya. Sementara itu sektor pilihan investor dalam negeri di antaranya sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi.

“Ini merupakan sinyal positif bahwa investor asing mulai yakin terhadap kebijakan yang dilakukan pemerintah indonesia,” kata dia melalui keterangan tertulis beberapa waktu lalu.

Setelah pemulihan yang relatif cepat tersebut, prospek investasi ke Indonesia pada 2021 pun cukup cerah, menurut laporan JP Morgan yang bertajuk “Make Indonesia Great Again”.

Halaman:
Editor: Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...