Kontrak East Natuna Tertunda Bulan Depan, Luhut: Ada Bagi-Bagi Kue

Miftah Ardhian
5 Oktober 2016, 17:50
Rig Migas Lepas Pantai Pertamina Hulu Energi
Katadata

Penandatanganan kontrak bagi hasil Blok East Natuna kembali tertunda. Pelaksana tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Panjaitan membuat target baru penyelesaian blok minyak dan gas bumi (migas) di Laut Natuna tersebut bakal tercapai bulan depan.

Ia mengungkapkan, saat ini masih ada beberapa kendala dalam proses pengembangan Blok East Natuna. “Ada masalah teknis dan ‘bagi-bagi kue’ yang tadi mereka masih bicara, tapi sangat maju. Dalam satu bulan ke depan akan selesai,” kata Luhut di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (5/10). (Baca: Konsorsium Kaji Ulang Konsep Kontrak Blok East Natuna)

Yang dimaksudnya "bagi-bagi kue" itu adalah mengenai porsi bagi hasil. Menurut Luhut, saat ini pemerintah dan konsorsium Blok East Natuna yang terdiri dari PT Pertamina (Persero), ExxonMobil Indonesia, PTT EP Thailand masih membicarakan porsi bagi hasil.

Pemerintah tidak menginginkan adanya konsep berbagi beban dan keuntungan. Hal ini mengacu kepada pengalaman ENI sebelumnya. Perusahaan migas asal Italia ini menyusun konsep pengembangan suatu blok migas saat harga gas tinggi. Dengan asumsi itu, tingkat pengembalian investasi / Internal Rate of Return (IRR) ENI masih bisa mencapai 13 persen.

Namun, dengan rendahnya harga gas saat ini, IRR yang diperoleh ENI anjlok hingga hanya mencapai 3,9 persen. Karena itu, pemerintah berharap IRR yang ditawarkan bisa lebih baik.

“Kami mau kaitkan nanti antara harga tinggi dan harga rendah jadi sharing gain dan sharing pain (berbagi keuntungan dan berbagi beban). Kalau kita terlalu kaku juga nanti orang tidak ada yang mau,” ujar dia. (Baca: Kontrak Blok East Natuna Terganjal Skema Bagi Hasil)

Semula, Luhut sebenarnya menginginkan agar kontrak Blok East Natuna bisa ditandatangani September lalu. Bahkan, draf kontraknya sudah disiapkan.

Kementerian ESDM ingin  konsorsium dapat mengembangkan struktur minyak terlebih dahulu sebelum gas bumi.  Alasannya, pengembangan gas bumi membutuhkan infrastruktur dan biaya yang mahal. Apalagi kandungan karbondioksida (CO2) di Blok East Natuna mencapai 72 persen. (Baca: Pengembangan Blok East Natuna Hadapi Tiga Tantangan)

Langkah itu diharapkan mempercepat kegiatan di blok tersebut. Kegiatan ini menjadi penting karena letak Blok East Natuna berada di perbatasan dan sedang menjadi polemik. Tapi ExxonMobil dan PTT EP Thailand ingin agar pengembangan minyak bersamaan dengan gas bumi, tidak dipisah-pisah.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...