Kehidupan 'Bagus' Mantan Ekonom Kemenkeu yang Terkait ISIS

Desy Setyowati
Oleh Desy Setyowati - Martha Ruth Thertina
27 Januari 2017, 11:47
Kementerian Keuangan
Arief Kamaludin|KATADATA

Triyono Utomo Abdul Bakti, mantan pegawai Kementerian Keuangan, yang diduga berencana bergabung dengan kelompok militan Negara Islam di Suriah dan Islam (ISIS) dianggap memiliki karier yang bagus dan mapan secara ekonomi. Pria berusia 40 tahun ini pernah menduduki beberapa jabatan penting di Kementerian Keuangan, sebelum akhirnya melepas jabatan tersebut pada Agustus 2016 lalu.   

Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata, Triyono pernah menjabat sebagai Ekonom di bidang kebijakan publik pada Pusat Kebijakan Pendapatan Negara, Badan Kebijakan Fiskal (BKF). Sebelum itu, ia bekerja pada Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN). (Baca juga: Karier Panjang Mantan Pegawai IIIC Kemenkeu yang Diduga Ikut ISIS)

Karier mentereng Triyono di Kementerian Keuangan tak lepas dari latar belakang pendidikannya di bidang akuntansi dan administrasi publik. Ia memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST.) dan akuntan (Ak.) dari Sekolah Tinggi Akuntansi. Sedangkan gelar Master of Public Administration (MPA) diraihnya di Flinders University of South Australia.

“Dia memiliki kehidupan yang bagus di Indonesia... Pekerjaan yang bagus, stabil secara ekonomi. Dia tidak kekurangan,” kata seorang petugas kepolisian senior Indonesia seperti dikutip Channel News Asia. Namun, Triyono memilih meninggalkan jabatannya dan menjual rumahnya karena ingin hidup di bawah pemerintahan kekhalifahan ISIS.

Seperti diberitakan sebelumnya, Triyono bersama istri dan tiga orang anaknya dideportasi dari Turki lantaran diduga akan bergabung dengan ISIS. Menurut hasil pemeriksaan sementara kepolisian, kelimanya diketahui mencapai Turki melalui Thailand. Mereka berangkat ke Thailand pada pertengahan Agustus 2016 dengan menggunakan pesawat Garuda Airlines. (Baca juga: Bawa Keluarga ke Turki, Mantan Pegawai Kemenkeu Diduga Ikut ISIS)

Setibanya di Turki, mereka sempat menginap selama satu minggu di Taksim Square Istambul,   sebelum berpindah ke apartemen Asenyut Istambul dan menginap di sana selama dua minggu. Keluarga ini bahkan sempat tinggal di suatu penampungan selama tiga bulan hingga kemudian ditangkap tentara Turki bersama 20 orang lainnya pada Senin, 16 Januari 2017 lalu. 

Triyono dan keluarga tiba di Bandara Ngurah Rai, Bali pada Rabu (25/1) lalu. Mereka menjalani rute Istambul – Dubai – Denpasar. Empat hari sebelumnya, 17 warga negara Indonesia juga sampai di Jakarta setelah dideportasi oleh pemerintah Turki lantaran diduga melakukan tindakan melawan hukum.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...