Agustus Deflasi, BPS: Ini Prestasi Pemerintah Menjaga Harga
Badan Pusat Satistik (BPS) merilis terjadinya deflasi sebesar 0,07% pada Agustus 2017. Dari 82 kota yang disurvei, 47 kota mengalami deflasi. Salah satu faktor utama penyebabnya adalah terjaganya harga bahan makanan pada bulan tersebut. BPS menyatakan kondisi ini sebagai prestasi bagi pemerintah.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan salah satu faktor pendorong terjadinya deflasi ini berdasarkan kelompok pengeluaran adalah kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi sebesar 0,67%. Terjaganya harga bahan makanan ini merupakan hasil dari upaya pemerintah melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. (Baca: Harga Pangan dan Transportasi Turun, Agustus Deflasi 0,07%)
"Bahwa bahan makanan yang mengalami deflasi 0,67%, itu salah satu penyebabnya adalah prestasi pemerintah," ujar Suhariyanto saat konferensi pers, di Kantor BPS Pusat, Jakarta, Senin (4/9). Deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,08% dan terendah di Samarinda sebesar 0,03%. Sementara, inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 1,09% dan terendah di Batam sebesar 0,01%.
Suhariyanto menjelaskan kelompok bahan makanan memiliki andil deflasi sebesar 0,14%. Komoditas lainnya adalah bawang merah sebesar 0,07% dan bawang putih sebesar 0,05%, serta ikan segar, tomat sayur, dan cabai rawit yang masing-masing sebesar 0,02%. Dilanjutkan, bayam, jengkol, kentang, wortel, kelapa, dan minyak goreng yang masing-masing sebesar 0,01%. Sementara, harga beras diklaim stabil dan tidak memiliki andil terhadap inflasi.
Kemudian, beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi dan harus diwaspadai pemerintah karena harganya yang masih mengalami kenaikan adalah cabai merah sebesar 0,04%, garam sebesar 0,02%. Selanjutnya, daging ayam ras, telur ayam ras, anggur, apel, dan semangka yang masing-masing sebesar 0,01%.
"Kalau bicara garam, rata-rata kenaikan harganya 26%. Bahkan, di beberapa Provinsi kenaikannya cukup tinggi, ada yang mencapai 150% di Gorontalo," ujar Suhariyanto. (Baca: Dongkrak Ekonomi, BI Akhirnya Pangkas Bunga Acuan Jadi 4,5%)
Selain itu, Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan juga mengalami deflasi 0,60% dengan andil 0,10%. Secara rinci, subkelompok bahan makanan yang mengalami deflasi adalah Transpor sebesar 0,67% utamanya disumbang penurunan tarif angkutan udara. Sementara, subkelompok yang mengalami inflasi yaitu komunikasi dan pengiriman sebesar 0,17%, sarana dan penunjang transportasi 0,12%, dan jasa keuangan sebesar 0,18%.
Meski demikian, beberapa kelompok pengeluaran masih mengalami inflasi. Pertama, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau sebesar 0,26%. Kedua, kelompok perumahan, air, listrik gas, dan bahan bakar sebesar 0,10%. Ketiga, kelompok sandang sebesar 0,32%. Keempat, kelompok kesehatan sebesar 0,20%. Kelima, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,89%.
"Jadi, secara umum deflasi Agustus dipengaruhi 3 komponen yaitu tarif angkutan udara, bawang merah, bawang putih. Komoditas yang perlu dijaga adalah harga cabai merah, garam, uang sekolah SD dan SMA," ujar Suhariyanto. (Baca: Bidik Ekonomi Tumbuh 5,4% di 2018, Pemerintah Jaga Stabilitas Harga)
Berdasarkan data BPS, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Agustus) 2017 adalah sebesar 2,53% dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) sebesar 3,82%. Sedangkan, komponen inti pada Agustus 2017 mengalami inflasi sebesar 0,28 persen, dengan rincian inflasi komponen inti tahun kalender (Januari-Agustus) 2017 sebesar 2,15% dan inflasi tahun ke tahun sebesar 2,98%.
Suhariyanto mengatakan dengan pencapaian tersebut, Suhariyanto mengaku optimis target inflasi sampai dengan akhir tahun 2017 ini dapat tercapai, yaitu di angka 4%. Berbagai kebijakan pemerintah untuk menjaga harga, khususnya bahan makanan harus terus dilakukan. Apalagi pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium dan premium juga akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi.
Meski begitu, masih terdapat beberapa hal yang harus diantisipasi, terutama pada bulan Desember 2017. Menjelang hari raya natal, tahun baru, dan liburan sekolah dapat membuat beberapa komoditas mengalami kenaikan, khususnya tarif angkutan. Selain itu, harga-harga lainnya pun secara umum cenderung mengalami kenaikan.