The Fed Diprediksi Pangkas Suku Bunga Meski Inflasi AS Melonjak
Amerika Serikat (AS) mengalami lonjakan tingkat inflasi dari 2,6% pada Oktober menjadi 2,7% pada November 2024 secara tahunan. Meski inflasi meningkat, Federal Reserve atau The Fed diperkirakan tetap akan menurunkan suku bunga pada pertemuan Minggu depan.
Tingkat inflasi ini masih tetap di atas target The Fed yaitu 2%. Meski begitu, banyak ekonom dan investor memproyeksikan The Fed akan memangkas suku bunga pada 18 Desember 2024.
Dikutip dari The Guardian, Kamis (11/12), ekonom memproyeksi adanya peluang The Fed menurunkan suku bunga acuan. Ekspektasi menempatkan potensi pemotongan pada seperempat poin, yang akan menurunkan suku bunga menjadi 4,25%.
Ketua The Fed, Jerome Powell pada bulan lalu mengatakan inflasi masih akan berlanjut turun ke 2%. Karena pejabat The Fed menyadari dampak suku bunga tinggi terhadap pasar tenaga kerja.
Sebelumnya, suku bunga The Fed bertahan pada level 5,25%-5,5% selama lebih dari setahun. Hingga akhirnya The Fed mulai memangkas suku bunga menjadi 4,75%-5% pada September 2024.
“Kami tahu bahwa mengurangi kebijakan yang ketat terlalu cepat dapat menghambat kemajuan inflasi. Pada saat yang sama, mengurangi pengetatan kebijakan terlalu lambat dapat melemahkan aktivitas ekonomi dan lapangan kerja secara tidak semestinya,” kata Powell.
Jika The Fed akhirnya memangkas suku bunga pada pekan depan, para ekonom memperkirakan Bank Sentral AS akan menghentikan perubahan suku bunga pada awal 2025. Terutama setelah Donald Trump kembali memasuki Gedung Putih.
Secara teori, kenaikan inflasi akan mendorong The Fed untuk menaikan atau mempertahankan suku bunga. Sebab, suku bunga yang tinggi dinilai menjadi alat utama yang digunakan The Fed untuk menurunkan inflasi dari puncaknya saat era pandemi Covid-19.
Sebaliknya, investor justru mematok peluang penurunan suku bunga pada minggu depan. Berdasarkan survei CME FedWatch Tool, 98% investor memproyeksikan penurunan suku bunga The Fed pada bulan ini.
“Saya tidak berpikir inflasi baru-baru ini telah menyimpang cukup jauh dari apa yang diharapkan The Fed untuk mengubah prospeknya menurunkan suku bunga,” kata Profesor Keuangan Universitas Yale sekaligus mantan pejabat The Fed, William English kepada ABC News.
English menambahkan, suku bunga yang lebih rendah dimaksudkan untuk merangsang aktivitas ekonomi dalam jangka panjang. Selain itu juga bisa menjaga pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja.
Bisa Menunda atau Mengubah Penurunan Suku Bunga The Fed
Sementara itu, Profesor Ekonomi Franklin and Marshall College, Yeva Nersisyan, mengatakan keputusan suku bunga The Fed bisa menimbulkan sedikit risiko untuk meningkatkan permintaan barang-barang mahal, seperti rumah yang harganya paling sensitif terhadap penurunan suku bunga.
Nersisyan memperingatkan kenaikan inflasi baru-baru ini bisa juga menunda atau mengubah rencana pemotongan suku bunga acuan pada 2025. “Mulai tahun depan, mereka mungkin akan mengambil pandangan yang lebih hati-hati,” kata Nersisyan.
Inflasi AS mencapai puncaknya hingga 9,1% pada Juni 2022 yang berarti tertinggi dalam 40 tahun lalu secara bertahap menurun selama dua tahun terakhir. Inflasi terendah mencapai level 2,4% pada September meski sempat naik menjadi 2,6% pada Oktober 2024.
Sementara itu, pasar tenaga kerja AS terbukti tangguh pada November 2024 dengan 227 ribu pekerjaan baru yang bertambah. Hanya saja, tingkat pengangguran sedikit meningkat dari 4,1% menjadi 4,2%. Meskipun perubahannya kecil, hal itu tetap merupakan tanda bahwa pasar tenaga kerja sedang terganggu.