Investor Serbu Surat Berharga AS, Rupiah Melemah Nyaris 14.200 per US$

Martha Ruth Thertina
21 Mei 2018, 12:58
kurs dolar
Sigid Kurniawan | ANTARAFOTO

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Pada perdagangan di pasar spot Senin (21/5), nilai tukar rupiah nyaris menembus 14.200 per dolar AS. Level ini merupakan yang terlemah sejak Oktober 2015.

Pelemahan rupiah terjadi seiring berlanjutnya arus keluar dana asing dari instrumen investasi di pasar keuangan domestik ke surat berharga AS (US Treasury). Imbal hasil US treasury tenor 10 tahun kembali bergerak di atas 3% sejak pekan lalu. Adapun indeks dolar AS tercatat berada di level tertingginya sejak November 2017.

Saat berita ini ditulis, nilai tukar rupiah berada di level 14.198 per dolar AS atau melemah 0,3% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu. Mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan. Won Korea Selatan terpukul paling dalam yaitu sebesar 0,76%. Sementara itu, yen Jepang melemah 0,41%, dolar Taiwan 0,23%, peso Filipina 0,16%, rupee India 0,11%, ringgit Malaysia 0,1%, baht Thailand 0,06%, dan yuan Tiongkok 0,03%.

Adapun Bank Indonesia (BI) sudah menaikkan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate pada pekan lalu sebesar 0,25%. Namun, langkah tersebut tampaknya belum mampu meredam aksi jual oleh investor asing di pasar modal domestik. (Baca juga: Rupiah Lemah Meski Suku Bunga Acuan Naik, Gubernur BI: Ada Faktor Lain)

Dalam sepekan ini, investor asing tercatat membukukan penjualan bersih saham sebesar Rp 3,63 triliun. Di sisi lain, yield surat berharga negara (SBN) Indonesia tenor 10 tahun terkerek naik ke level 7,31% pada akhir pekan lalu.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan BI berpotensi kembali menaikkan BI 7 Days Repo Rate pada Semester II tahun ini. “Kenaikan suku bunga BI tersebut akan dilakukan apabila tekanan pada nilai tukar rupiah masih berlanjut khususnya akan dipengaruhi oleh keputusan Fed pada Juni mendatang dan ekspektasi pada suku bunga AS,” kata dia.

Di tengah kecenderungan pengetatan kebijakan moneter BI, Josua berharap kebijakan fiskal lebih ekspansif sehingga tetap dapat mendorong pemulihan ekonomi secara khusus konsumsi rumah tangga dan investasi untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...