KATADATA ? Ekonomi Indonesia sedang melambat. Ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 yang hanya 4,71 persen, lebih rendah daripada periode yang sama tahun lalu sebesar 5,14 persen.

Perlambatan tersebut ditandai oleh melemahnya mesin pertumbuhan dari sisi permintaan. Konsumsi rumah tangga yang menyumbang 54 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), kinerjanya cenderung menurun sejak tahun lalu. Jika pada kuartal I-2014 mampu tumbuh 5,6 persen, pada tiga bulan pertama 2015 hanya 5 persen.

Alhasil yang paling terkena dampak perlambatan ekonomi ini adalah sektor riil. Sektor ekonomi yang menghasilkan barang dan bersifat investasi jangka panjang ini terpaksa mengurangi produksinya. Sektor otomotif misalnya, selama semester I-2015 telah mengurangi produksi sebesar 14,5 persen menjadi 577.507 unit dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 675.425 unit.

Turunnya produksi tersebut sekaligus menunjukkan berkurangnya permintaan. Ini terlihat dari data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo) selama peride Januari-Juni 2015 yang hanya 525.458 unit atau turun sebesar 18 persen dibandingkan waktu yang sama pada 2014.

?Selain perlambatan ekonomi, yang mempengaruhi industri otomotif adalah depresiasi nilai tukar rupiah. Itu membuat harga komponen otomotif naik semua,? kata Ketua Gaikindo Jongkie Sugiarto yang dihubungi Katadata beberapa waktu lalu.

Lemahnya angka penjualan ini membuat Gaikindo mau tidak mau harus merevisi target penjualan tahunan dari sebelumnya 1,2 juta unit menjadi hanya 1,1 juta unit. ?Apalagi pertumbuhan ekonomi kita yang targetnya itu 5,7 persen boleh dikatakan sulit dicapai,? kata Jongkie.

Turunnya penjualan otomotif tersebut pun berdampak terhadap kinerja Astra International, konglomerasi yang salah satu fokus usahanya di sektor ini. Selama semester I-2015, laba bersih perseroan tercatat turun 18 persen menjadi Rp 8,1 triliun. Turunnya pertumbuhan laba tersebut merupakan kelanjutan yang terjadi sejak semester II-2014 yang turun 12 persen.

Dari enam segmen bisnis yang dikelola Astra, lima di antaranya mengalami penurunan kinerja. Sektor otomotif yang merupakan penyumbang keuntungan terbesar bahkan turun hingga 15 persen dari Rp 4 triliun pada 2014 menjadi hanya Rp 3,4 triliun.

Head of Public Relations Astra International Yulian Warman memberitahu penjualan mobil perseroan anjlok sebesar 21 persen secara year on year atau hanya mampu menjual 263 ribu unit. Sedangkan penjualan motor melemah 24 persen sehingga hanya terjual 3,2 juta unit. Astra pun tidak berani menargetkan penjualan otomotif pada akhir tahun ini. Namun pihaknya tetap optimistis pangsa pasar Astra tetap terjaga di kisaran 45 persen hingga 55 persen.

Kendati penjualan turun, pabrikan otomotif menahan diri untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Jongkie mengatakan, yang dilakukan perusahaan adalah mengurangi jumlah pembagian waktu kerja di beberapa pabrikan. ?Kami sebetulnya tidak mengharapkan hal ini terjadi,? ujarnya.

Yulian juga memberitahu, pihaknya belum melakukan PHK, dan hanya menghilangkan jam lembur pada Sabtu dan Minggu. Dia menjelaskan, pengurangan waktu kerja seperti ini sebetulnya lumrah terjadi di Astra yang cukup sensitif terhadap kondisi ekonomi. ?Kami pernah yang lebih parah daripada sekarang. Tahun 1998 itu produksi kami masih 367 ribu unit, tahun 1999 produksi anjlok hingga hanya 58 ribu. Itu baru ada PHK,? ujar Yulian.

 

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati, Ameidyo Daud Nasution
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement