8 Makanan Khas Ramadan dari Berbagai Daerah
Bulan Ramadan tinggal menghitung hari. Bulan suci penuh berkah ini disambut baik oleh seluruh umat muslim dari berbagai belahan dunia dengan menunaikan berbagai amalan, seperti sahur dan buka puasa.
Di Indonesia, menu sahur dan buka puasa bulan suci Ramadan sangatlah bervariasi. Berbagai jajanan buka puasa bisa ditemukan di berbagai tempat mulai dari restoran sampai pedagang kaki lima pinggir jalan.
Pembuatan beberapa menu takjil tersebut juga terbilang mudah dan tidak memerlukan bahan-bahan yang terlalu banyak. Sehingga tak jarang beberapa orang memilih untuk membuatnya sendiri.
Makanan Khas Ramadan
Indonesia memiliki kuliner khas yang sangat banyak. Beberapa panganan ini muncul saat bulan suci Ramadan. Berikut beberapa makanan khas Ramadan dari berbagai daerah:
1. Ketan Bintul
Takjil khas Banten ini disebut-sebut sebagai makanan favorit Sultan Banten dan kerap dihidangkan di meja makan keturunan keluarga sultan saat bulan puasa. Bahan utama ketan bintul adalah beras ketan.
Proses pembuatan ketan bintul memakan waktu yang cukup lama. Makanan berbahan beras putih ini mesti ditumbuk terlebih dahulu sampai menjadi adonan padat. Untuk memeroleh tekstur lembut dan rasa gurih, adonan ketan dikukus degan campuran santan. Setelah matang, potong kecil-kecil dan hidangkan dengan taburan srundeng atau empal daging.
Di kawasan Pasar Lama, Kota Serang, Banten, terdapat penjual ketan bintul yang sudah sangat tersohor. Dia adalah Haji Mamad yang sudah berjualan sejak 1980-an.
2. Sie Reuboh
Sie reuboh menjadi menu andalan beberapa rumah makan di Provinsi Aceh. Para pedagang akan berama-ramai menawarkan menu ini pada saat bulan Ramadan.
Sie reuboh berarti daging yang direbus. Daging yang dijadikan sie reuboh biasanya berupa daging lemur (daging yang terdapat di bawah ketiak). Sie reuboh dapat dimasak dengan cuka yang membuat rasanya lebih dominan asam.
Santapan tradisional ini diolah dengan campuran bumbu-bumbu khas Nusantara, seperti kunyit, bawang putih, bawang merah, gula merah, lengkuas, dan sebagainya. Selain itu, sie reuboh dimasak menggunakn alat tradisional, yakni memakai tembikar atau kuali yang terbuat dari tanah liat.
Soal rasa, sie reuboh menyajikan petualangan rasa yang serasi. Perpaduan rasa asam, gurih, dan dan tekstur daging yang lunak membuat hidangan ini terasa begitu nikmat. Warna kuning dari rempah-rempahnya pun terlihat begitu memikat.
3. Pakkat
Makan unik asal Tapanuli Selatan, Sumatera Utara ini terbuat dari pucuk rotan muda dan sering disajikan sebagai menu berbuka puasa.
Pucuk rotan yang terpilih akan dipanggang dalam bara api sehingga menjadi tidak keras. Setelah itu, kulitnya akan dikupas dan akan terlihat dagingnya berwana putih yang siap untuk disantap.
Untuk membuat pakkat diperlukan kesabaran, sebab proses memasaknya membutuhkan waktu sekitar empat jam. Kulit pakkat harus benar-benar sampai hitam. Jika tidak, bagian dalam pakkat akan berwarna kuning yang membuatnya menjadi tidak enak saat disantap.
Selain dipanggang, pakkat juga bisa disajikan dengan cara direbus atau dimasak dengan santan. Pakkat memiliki struktur yang begitu lembut. Cara menyantap pakkat bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: disantap dengan nasi, dicampur dalam sayuran, diberi irisan cabai serta bawang bahkan bisa juga dicocol bersama sambal.
4. Bongko Kopyor
Makanan khas Ramadan selanjutnya datang dari Gresik, Jawa Timur. Adalah bongko kopyor yang menjadi takjil favorit warga kota wali ini.
Bongko kopyor adalah singkatan dari bubur nangka dan kelapa kopyor. Kudapan yang dibungkus daun pisang ini memiliki cita rasa manis yang segar bila disantap sebagai menu berbuka puasa.
Bongko kopyor memiliki tekstur encer. Makanan ini terbuat dari roti tawar yang dipotong-potong sedemikian rupa, lalu dicampur serutan kelapa muda, pisang, nangka, bubur mutiara serta siraman santan yang telah dikukus.
Rasa gurih dan manis yang berpadu di dalam mulut pun menjadi sensasi nikmat tersendiri ketika menyantapnya. Sebagai makanan yang menjadi pembuka puasa, bongko kopyor cukup mengenyangkan. Sehingga sangat cocok untuk memulihkan tenaga yang hilang selama berpuasa sehari penuh.
5. Asida
Di Ambon, Maluka ada salah satu kuliner khas Timur Tengah yang banyak diburu sebagai takjil atau menu berbuka puasa yaitu Asida.
Kue Asida atau ada yang menyebutnya Asidah sudah dikenal di Maluku secara turun-temurun. Meski berasal dari negeri Arab, hidangan ini memiliki sedikit perbedaan dan telah disesuaikan dengan selera penduduk lokal.
Untuk membuat kue Asida khas Maluku, bahan yang digunakan cenderung lebih sedikit daripada biasanya. Adapun bahan tersebut seperti tepung terigu, air, bubuk kayu manis, kapulaga, taburan gula dan lelehan mentega.
Tekstur kenyal, lembut dengan rasa manis kue Asida menyerupai dodol. Campuran bubuk kapulaga dalam adonan turut memberikan aroma khas dan sensasi hangat kue ketika dinikmati.
6. Kue Jongkong
Kue jongkong menjadi kudapan manis yang banyak dicari dan dinikmati sebagai takjil berbuka puasa oleh sebagian umat muslim di Kepualuan Riau.
Kue dengan nama lain kue pandan pelita ini dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung beras, gula, air, garam dan santan. Sementara, daun pandan yang digunakan sebagai wadah kue berukuran lebih lebar.
Saat menyantap kue jongkong, aroma khas daun pandan dan wangi santan akan tercium. Rasanya yang manis serta gurih dari santan menambah nikmat rasa kue ini.
7. Mie Glosor
Bogor, Jawa Barat punya panganan khas untuk disantap di bulan Ramadan yaitu mie glosor. Makanan yang banyak dijajakan di sepanjang jalan Kota Bogor ini memiliki tekstur licin sehingga mudah dikunyah.
Mie Glosor dibuat dari tepung singkong atau aci yang dicampur dengan kunyit sehingga menghasilkan tekstur licin. Tampilan Mie Glosor juga berbeda dengan mie pada umumnya, yaitu bernuansa kuning terang dan berbentuk lurus.
Mie Glosor banyak dijual dalam keadaan mentah, sehingga para pembeli harus memasaknya terlebih dahulu. Tetapi tak sedikit juga yang menjual Mie Glosor dalam keadaan sudah matang. Hal ini dapat ditemui di pasar takjil atau kedai-kedai pinggiran Kota Bogor.
8. Bubur Blendrang
Bubur yang muncul pada bulan Ramadan ini berasal dari Gunung Pring, Muntulan, Jawa Tengah. Cita rasanya khas, gurih dan pedas. Dibuat dari tepung gandum sebagai bahan utamanya.
Cita rasa bubur blendrang yang unik berasal dari campuran daging dan tulang. Kedua campuran tersebut dimasak bersamaan. Tulang yang dipakai bisa tulang ayam, sapi, atau kambing.
Sebagian masyarakat meyakini jika bubur blendrang erat kaitannya dengan kisah Pangeran Diponegoro. Kala itu, bubur blendrang dijadikan makanan penghangat tubuh ketika pasukan Diponegoro melaksanakan buka puasa.