Advertisement
Advertisement
Analisis | Mengapa Orang Maluku Utara Paling Bahagia di Indonesia? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mengapa Orang Maluku Utara Paling Bahagia di Indonesia?

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Provinsi Maluku Utara memiliki indeks kebahagiaan tertinggi di Indonesia berdasarkan survei BPS. Padahal, secara ekonomi, Maluku Utara merupakan salah satu provinsi dengan tingkat pendapatan per kapita terendah.
Cindy Mutia Annur
24 Januari 2022, 13.11
Button AI Summarize

Kebahagiaan adalah kondisi jiwa yang ada di dalam pikiran (state of mind), sehingga tidak dapat diukur memakai kategori umum. Setiap individu, negara, atau daerah memiliki standar kebahagiaannya sendiri. Ini barangkali yang bisa menjelaskan mengapa orang Maluku Utara disebut yang paling bahagia di Indonesia.

Dalam indeks yang disusun Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Maluku Utara memiliki indeks kebahagiaan tertinggi dengan skor 76,34 poin. Meskipun jika dilihat dari segi ekonomi, provinsi itu salah satu yang memiliki tingkat PDRB terendah di tanah air.

“Kebahagiaan itu tak bisa dipisahkan dengan unsur-unsur non-ekonomis seperti agama, lingkungan, kedekatan dengan keluarga,” ujar Hatib Abdul Kadir, antropolog Universitas Brawijaya, kepada Katadata.co.id, Senin, 17 Januari 2022. 

Lebih lanjut Hatib mengatakan, kebahagiaan sifatnya temporal, sehingga pengukuran indikator kebahagiaan secara kuantitatif yang dilakukan BPS kurang tepat untuk mengukur kondisi suasana hati.

Hatib yang banyak meneliti masyarakat di Maluku mengatakan, sekurangnya ada enam faktor yang membuat orang Maluku Utara dipandang paling bahagia di Indonesia. Pertama, kondisi emosional (emosional wellbeing) dan kesejahteraan sosial. Dia mencontohkan, seseorang bahagia jika terbebas dari ancaman kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba.

Ancaman pemecatan sepihak, menurut Hatib, sangat kecil terjadi di Maluku Utara karena umumnya para pekerja dan pemilik sektor industri rumah tangga di provinsi tersebut memiliki relasi keluarga. 

Ini dapat terlihat dari rendahnya angka pengangguran di sana. Maluku Utara termasuk provinsi yang memiliki tingkat pengangguran terendah, yakni hanya 4,71% pada Agustus 2021. Angkanya di bawah rata-rata nasional yang sebesar 6,49%. Angka ini menempatkan Maluku Utara di peringkat ke-14 dengan tingkat pengangguran terbuka TPT terendah di Indonesia.

Meski upah minimum provinsi (UMP) bukan yang tertinggi, tetapi masih lebih tinggi dibandingkan Banten yang memiliki PDRB nomor tujuh terbesar nasional. UMP Maluku Utara sebesar Rp 2.862.231 pada 2022, sementara Banten hanya sebesar Rp 2.501.203 Dan jauh lebih tinggi dari Yogyakarta sebesar Rp 1.840.915.

Persentase penduduk miskin di Maluku Utara tercatat sebesar 6,38% per September 2021. Angka ini menempatkan Maluku Utara di peringkat ke-9 dengan persentase penduduk miskin terendah di Tanah Air.


Faktor kedua adalah renggangnya pengekangan (less constrain). Hatib mengatakan, kultur masyarakat Maluku Utara cenderung egalitarian, terbuka, dan tidak terikat oleh aturan yang kaku. “Hal ini membuat mereka mampu mengungkapkan ekspresinya secara langsung tanpa harus disembunyikan,” ujar Hatib.

Berbeda, misalnya, dengan kultur Mataraman yang banyak pengekangan dan aturan. Bahkan untuk menunjuk dengan jari telunjuk saja dianggap tidak sopan. Di Maluku Utara, ekspresi-ekspresi ketidaksukaan diungkapkan secara langsung dan tidak menggunakan simbol-simbol atau ungkapan sindiran.

Ketiga, lebih dekat dengan alam (closer to the nature). Maluku Utara tercatat memiliki 1.474 pulau. Jumlah itu menempatkan provinsi ini menduduki peringkat ketiga yang memiliki jumlah pulau terbanyak di Indonesia, setelah Kepulauan Riau dan Papua.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira