Teori Belajar Behavioristik, Pengertian, Kelebihan dan Kelemahannya
Belajar menjadi hal yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Bahkan aktivitas belajar menjadi suatu aktivitas yang terus dilakukan selama seseorang hidup.
Belajar yang efektif adalah belajar yang diarahkan oleh seorang mentor, guru, atau pengajar. Dalam konteks pendidikan formal, konsep "belajar" menjadi fokus utama bagi pendidik.
Guru, sebagai agen pembelajaran, bertanggung jawab menyampaikan pengetahuan kepada muridnya dengan penuh dedikasi. Meskipun peningkatan pengetahuan adalah tujuan utama, penting untuk diakui bahwa proses ini hanya sebagian kecil dari usaha yang diperlukan untuk membentuk kepribadian secara menyeluruh.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah teori belajar. Teori belajar menjadi pedoman bagi pendidik dalam menjalankan tugasnya, memberikan langkah-langkah yang dapat mendukung penyampaian pengetahuan kepada murid atau peserta didik.
Berkenaan dengan hal tersebut, menarik mengetahui salah satu teori belajar yakni behavioristik. Simak pengertian teori belajar behavioristik sebagai berikut.
Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Melansir dari situs Sampoerna Academy, teori belajar behavioristik menitikberatkan pada perubahan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses belajar. Perubahan perilaku ini terjadi melalui interaksi antara dua elemen, yaitu stimulus dan respons, dengan tujuan meningkatkan perilaku yang lebih baik.
Jika tidak terjadi perubahan setelah pembelajaran, teori ini dianggap tidak berhasil. Seluruh tingkah laku manusia dapat dilihat sebagai refleks dalam kerangka teori ini, yang juga dikenal sebagai teori pembelajaran berbasis pengkondisian lingkungan dalam psikologi.
Gagne dan Berliner adalah tokoh di balik pembentukan teori belajar behavioristik, yang kemudian berkembang menjadi aliran psikologi belajar. Proses pembelajaran dalam teori ini diartikan sebagai interaksi antara stimulus (input) dan respons (output).
Menurut teori behavioristik, seseorang dianggap telah belajar saat terjadi perubahan perilaku. Proses pembelajaran dijelaskan sebagai hubungan stimulus (input), seperti penyampaian materi oleh guru, dengan respons (output), yaitu reaksi atau tanggapan peserta didik.
Meskipun proses antara stimulus dan respons tidak dapat diamati atau diukur, fokus utamanya adalah pada perilaku yang dapat diobservasi dan diukur. Penerapan teori belajar behavioristik dalam pembelajaran bergantung pada beberapa faktor, seperti tujuan pembelajaran, karakteristik murid, materi pelajaran, media pembelajaran, dan fasilitas pembelajaran. Perhatian khusus diberikan pada pengukuran stimulus dan respons untuk menilai perubahan perilaku peserta didik.
Prinsip dari Teori Belajar Behavioristik
Prinsip awal dari teori ini menyatakan bahwa belajar hanya dapat diakui jika terjadi perubahan perilaku. Oleh karena itu, kegiatan belajar dianggap relevan hanya jika menghasilkan perubahan dalam konteks perilaku.
Fokus utama dalam teori ini adalah pada interaksi antara stimulus dan respons, karena elemen ini dapat diamati. Aspek-aspek lain dianggap kurang penting, terutama jika tidak dapat diobservasi.
Pentingnya penguatan respon juga menjadi sorotan dalam teori ini. Penguatan, yang dapat berupa positif atau negatif, dianggap sebagai faktor kunci yang memperkuat respons. Identifikasi penguatan positif dan negatif menjadi penentu sejauh mana penerapan teori ini efektif dan berjalan sesuai dengan harapan.
Kelebihan Teori Belajar Behavioristik
Kelebihan teori belajar behavioristik ini muncul pada guru sebagai pendidik dan murid sebagai pembelajar. Kelebihannya yakni guru akan mengembangkan kebiasaan untuk menjadi teliti dan peka selama proses belajar mengajar.
Guru pun cenderung mendorong murid untuk belajar secara mandiri, tetapi selalu siap membantu ketika murid mengalami kesulitan. Fleksibilitas dalam mengganti metode pengajaran (stimulus) menjadi suatu pendekatan yang digunakan untuk memastikan murid menerima materi dengan baik (respon).
Teori belajar ini juga sangat cocok untuk mengembangkan kemampuan yang melibatkan unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan. Selain itu, teori ini memiliki potensi untuk membentuk perilaku yang diinginkan, dengan memberikan perhatian lebih kepada perilaku positif yang mendukung pertumbuhan murid, sementara perilaku yang tidak sesuai dapat diminimalkan melalui pengurangan perhatian.
Kelemahan Teori Belajar Behavioristik
Namun, teori belajar behavioristik juga memiliki kelemahan. Contohnya yakni tidak semua mata pelajaran dapat mengadopsi teori belajar behavioristik.
Selain itu, guru diwajibkan untuk merancang materi pembelajaran yang sudah tersedia. Murid lebih cenderung dipandu untuk berpikir secara linear dan konvergen, kurang mendukung kreativitas, serta ditempatkan sebagai murid pasif.
Dalam dinamika belajar mengajar kurang, peran murid terbatas pada mendengar dan menghafal informasi yang disampaikan. Oleh sebab itu dukungan atau motivasi eksternal sangat dibutuhkan oleh murid. Sebab murid sangat bergantung pada bimbingan dan arahan dari guru.
Demikian penjelasan mengenai pengertian teori belajar behavioristik, prinsipnya, kelebihan, serta kekurangannya.