Mengenal Varian Omicron yang Jadi Kekhawatiran Baru Dunia
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan varian Omicron dalam daftar varian yang dianggap perlu mendapat perhatian. Beberapa negara mulai memberlakukan larangan masuk bagi warga negara asing yang baru melakukan kunjungan dari sejumlah negara di Afrika untuk mencegah penyebaran varian B.1.1.529 ini.
Mengutip keterangan WHO, sampel pertama varian asal Afrika Selatan ini ditemukan pada 9 November 2021 dan dilaporkan ke WHO pada 27 November. Technical Advisory Group on SARS-COV-2 Virus Evolution/TAG-VE mencatat, varian ini miliki banyak mutasi dan beberapa di antaranya mengkhawatirkan. Indikasi awal menunjukkan risiko ringgi reinfeksi dibandingkan varian lainnya.
Jumlah kasus varian ini terlihat naik di hampir seluruh Provinsi di Afrika Selatan dan terdeteksi meningkat dengan laju yang lebih cepat dibandingkan varian lain. Namun, alat PCR yang ada saat ini masih dapat mendeteksi varian tersebut.
Afrika Selatan hingga saat ini telah mencatatkan 2.465 kasus varian Omicron, naik 321% dari pekan sebelumnya. Varian ini telah ditemukan di Hong Kong, Botswana, dan Israel. Beberapa negara seperti Inggris, Jerman, dan Italia juga baru saja melaporkan temuan baru varian ini yang masuk ke negaranya. Catatan peneliti di Afrika Selatan menemukan 32 mutasi spike protein dan terdapat 50 mutasi dalam varian baru ini secara keseluruhan. Sebagai perbandingan, varian Delta hanya memiliki dua mutasi spike protein.
Para peneliti juga melihat varian ini memiliki kemiripan dengan varian Lambda dan Beta yang terkenal memiliki kemampuan untuk melawan imunitas yang telah terbentuk. Varian ini dikhawatirkan tak hanya lebih cepat menyebar tetapi juga dapat menerobos sistem imunintas seseorang yang telah terbentuk.
Adapun dibutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk dapat memastikan dampak varian baru terhadap vaksin berbasis mRNA.
Namun sejauh ini, varian baru tersebut banyak ditemukan di antara individu berusia 18-34 tahun, kelompok dengan tingkat vaksinasi paling rendah di Afrika Selatan. Tingkat vaksinasi di negara ini baru mencapai 24%.
Adapun penelitian di Hongkong menemukan bahwa varian ini sangat airborne. Hal ini ditunjukkan oleh dua korban di ruangan yang berseberangan dengan sampel virus ditemukan di beberapa sudut kedua ruangan.
WHO pun merekomendasikan agar negara-negara melakukan serangkaian langkah, sebagai berikut:
- Memperkuat upaya surveillance dan sequencing untuk ebih memahami peredaran varian Covid-19.
- Menyampaikan genome sequence yang lengkap dan metadata terkaitnya ke database publik (GISAID).
- Melaporkan kasus/kluster yg terkait dgn VO ke WHO melalui mekanisme IHR.
- Bila memiliki kapasitas, melakukan investigasi lapangan dan assessment lab untuk memperkaya pemahaman mengenai dampak terhadap epidemiologi, severity, efektivitas public health and social measures, alat diagnostik, dampak imunitas, netralisasi terhadap antibodi dan karakteristik lainnya.
Saat ini, beberapa negara telah menghentikan penerbangan langsung dari kawasan Afrika. Inggris telah menghentikan penerbangan dari Afsel, Botswana, Eswatini, Lesotho, Namibia dan Zimbabwe sejak Jumat siang waktu setempat akibat varian B.1.1.529 (NYT). Komisi Eropa juga tengah berkoordinasi dengan negara Uni Eropa dan akan merekomendasikan penghentian penerbangan dari kawasan Selatan Afrika karena varian baru ini
Israel, Jepang, Prancis, Jerman, Italia dan Singapura juga tengah mendalami kebijakan utk membatasi masuknya pengunjung dari kawasan Selatan Afrika. Swiss telah melarang penerbangan langsung dari kawasan selatan Afrika, sedangkan pengunjung dari kawasan selatan Afrika, Hongkong, Israel dan Belgia harus memberikan hasil Covid-19 mulai 26 November dan dikarantina selama 10 hari.
Pemerintah Indonesia juga telah mengeluarkan larangan masuk bagi WNA yang baru saja berkunjung dari delapan negara di Afrika dalam 14 hari terakhir. Pertemuan Menteri ke-12 WTO juga turut dibatalkan akibat penyebaran varian ini.