Mengenal Varian Omicron yang Jadi Kekhawatiran Baru Dunia 

Agustiyanti
28 November 2021, 14:42
varian baru covid-19, varian omicron, pandemi corona, virus corona
Pixabay
Ilustrasi. Afrika Selatan hingga saat ini telah mencatatkan 2.465 kasus varian Omicron, naik 321% dari pekan sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menetapkan varian Omicron dalam daftar varian yang dianggap perlu mendapat perhatian. Beberapa negara mulai memberlakukan larangan masuk bagi warga negara asing yang baru melakukan kunjungan dari sejumlah negara di Afrika untuk mencegah penyebaran varian  B.1.1.529 ini. 

Mengutip keterangan WHO, sampel pertama varian asal Afrika Selatan ini ditemukan pada 9 November 2021 dan dilaporkan ke WHO pada 27 November. Technical Advisory Group on SARS-COV-2 Virus Evolution/TAG-VE mencatat, varian ini miliki banyak mutasi dan beberapa di antaranya mengkhawatirkan. Indikasi awal menunjukkan risiko ringgi reinfeksi dibandingkan varian lainnya. 

Advertisement

Jumlah kasus varian ini terlihat naik di hampir seluruh Provinsi di Afrika Selatan dan terdeteksi meningkat dengan laju yang lebih cepat dibandingkan varian lain. Namun, alat PCR yang ada saat ini masih dapat mendeteksi varian tersebut. 

Afrika Selatan hingga saat ini telah mencatatkan 2.465 kasus varian Omicron, naik 321% dari pekan sebelumnya. Varian ini telah ditemukan di Hong Kong, Botswana, dan Israel. Beberapa negara seperti Inggris, Jerman, dan Italia juga baru saja melaporkan temuan baru varian ini yang masuk ke negaranya. Catatan peneliti di Afrika Selatan menemukan 32 mutasi spike protein dan terdapat 50 mutasi dalam varian baru ini secara keseluruhan. Sebagai perbandingan, varian Delta hanya memiliki dua mutasi spike protein.

Para peneliti juga melihat varian ini memiliki kemiripan dengan varian Lambda dan Beta yang terkenal memiliki kemampuan untuk melawan imunitas yang telah terbentuk. Varian ini dikhawatirkan tak hanya lebih cepat menyebar tetapi juga dapat menerobos sistem imunintas seseorang yang telah terbentuk. 

Adapun dibutuhkan waktu sekitar dua minggu untuk dapat memastikan dampak varian baru terhadap vaksin berbasis mRNA.

Namun sejauh ini, varian baru tersebut banyak ditemukan di antara individu berusia 18-34 tahun, kelompok dengan tingkat vaksinasi paling rendah di Afrika Selatan. Tingkat vaksinasi di negara ini baru mencapai 24%. 

Halaman:
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait

Advertisement