Buah Transparansi SBDK: Bank Mulai Agresif Memangkas Bunga Kredit

Agustiyanti
26 Maret 2021, 21:09
bank BUMN, perbankan, bunga kredit, transparansi SBDK
123RF.com/Sembodo Tioss Halala
Ilustrasi. Dalam hasil asessmen SBDK Maret 2021 yang dipublikasikan BI, rata-rata SBDK perbankan pada Januari 2020 hingga Januari 2021 hanya turun 0,78%
  • Bank Indonesia mulai mempublikasikan hasil asesmen transmisi bunga acuan ke suku bunga dasar kredit. 
  • Hasil asesmen BI, komponen marjin keuntungan dalam pembentukan SBDK perbankan meningkat.
  • Bank-bank BUMN mulai agresif menurunkan SBDK usai kebijakan transparansi SBDK berlaku.

Berkali-kali Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengeluhkan lambatnya perbankan merespons penurunan bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate. Namun, perbankan tak bergeming hingga BI dan OJK menelurkan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK).

Dalam hasil asessmen SBDK Maret 2021 yang dipublikasikan BI, rata-rata SBDK perbankan pada Januari 2020 hingga Januari 2021 hanya turun 0,78%. Padahal, pada periode yang sama, BI sudah menurunkan bunga acuan mencapai 1,25%. Selisih antara bunga acuan BI dan suku bunga dasar kredit pun makin melebar dari 5,82% menjadi 6,28%.

Kondisi berbeda ditemukan pada rata-rata bunga deposito tenor satu bulan. Penurunannya pada periode yang sama mencapai 1,89%, lebih tinggi dari penurunan bunga BI.

Setelah ditelisik berdasarkan komponen pembentuknya, BI menemukan marjin keuntungan bank dalam pembentukan SBDK meningkat 0,34% saat dua komponen lainnya menurun.

"Hal ini didorong oleh upaya bank untuk tetap mempertahankan profitabilitas di tengah menurunnya penyaluran kredit," demikian tertulis dalam hasil asesmen transmisi bunga acuan BI ke SBDK yang dipublikasikan pekan ini.

Adapun dua komponen lainnya, yakni harga pokok dana untuk kredit turun 0,98%, sedangkan komponen biaya overhead turun 0,15%. Penurunan harga pokok dana didorong oleh peningkatan likuiditas, sedangkan penurunan biaya overhead didorong oleh efisiensi pada biaya tenaga kerja dan sewa.

Berdasarkan jenis kredinya, penurunan SBDK terbesar terjadi pada segmen mikro yang mencapai 2,56%. Ini bahkan lebih besar dari penurunan bunga BI. Namun, menurut BI, penurunan ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah mendorong pembiayaan UMKM melalui pemberian subsidi bunga.

Sementara itu, penurunan bunga kredit pada segmen lainnya lebih terbatas, dengan penurunan terendah pada kredit konsumsi non-KPR yang hanya mencapai 0,47%.

Pada Januari 2021, rata-rata SBDK kredit korporasi menjadi yang terendah yakni 9,63%, disusul kredit ritel 9,61%, kredit konsumsi KPR 9,63%, kredit konsumsi 10,71%, dan kredit mikro 13.77%.

Berdasarkan kelompok bank, bank BUMN mencatatkan rata-rata suku bunga dasar kredit tertinggi mencapai 10,8%, di susul BPD 9,79%, Bank Umum Swasta Nasional 9,46%, dan Kantor Cabang Bank Asing 6,58%.

Namun, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bank-bank BUMN kini sudah agresif dalam menurunkan SBDK usai kebijakan transparansi SBDK berlaku.

"Kami lihat BCA juga sudah menurunkan SBDK. Kami harapkan bank-bank lain bergerak menurunkan bunga agar kredit naik," ujar Perry dalam Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (26/3).

Berdasarkan data OJK, besaran SBDK keempat bank BUMN per akhir Februari sama untuk hampir seluruh segmen kecuali kredit mikro. SBDK korporsi ditetapkan 8%, ritel 8,25%, KPR 7,25%, dan non-KPR 8,75%. Sementara SBDK mikro BRI ditetapkan 14% dan Bank Mandiri 11,25%.

Rata-rata Bank BUMN memangkas SBDK korporasi mencapai 1,8% hingga 1,95%, ritel 1,5% hingga 1,85%, mikro 0,25% hingga 2,5%, KPR 2,5% hingga 2,75%, dan konsumsi non-KPR 2,2% hingga 3,25%.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...