Malaysia Hingga AS Berlomba Kerek Batas Utang, Bagaimana dengan RI?

Abdul Azis Said
22 September 2021, 19:45
utang, utang pemerintah, dolar, amerika serikat, malaysia
KATADATA/ Arief Kamaludin
Ilustrasi. Utang pemerintah hingga Juli 2021 mencapai Rp 6.570 triliun atau 40,15% terhadap PDB.

Malaysia, Thailand, hingga Amerika Serikat tengah berupaya menaikkan batas maksimal atau pagu utang akibat kebutuhan penanganan pandemi yang membengkak. AS bahkan menghadapi risiko gagal bayar dan shutdown atau penghentian sementara operasional pemerintah jika tak mengantongi kesepakatan dari legislator untuk menaikkan pagu utangnya. 

Utang AS saat ini sudah mencapai US$ 28,78 triliun atau sekitar Rp 400 ribu triliun. Jumlah ini telah melewati batas atas pinjaman dalam undang-undang yang berlaku saat ini sebesar US$ 28,5 triliun. Jika RUU penangguhan plafon utang tidak segera diteken, maka ada peluang pemerintahan akan shutdown atau berhenti beroperasi karena tidak memiliki sumber pembiayaan lagi. Selain itu, kondisi ini juga akan menciptakan default atau gagal bayar pertama yang dialami pemerintah AS.

Dalam RUU yang diajukan kepada Senat, pemerintah meminta penangguhan plafon utang hingga Desember mendatang. Melalui beleid baru ini, pemerintah juga dapat meminta dana tambahan US$ 28,6 miliar dalam rangka bantuan bencana alam dan US$ 6,3 miliar untuk pemulihan kembali pengungsi Afghanistan.

Kongres AS hanya punya waktu kurang dari sepuluh hari untuk meloloskan RUU ini sebelum tahun fiskal berakhir 30 September mendatang. Sementara, Partai Demokrat yang mendukung langkah berada di belakang pemerintah telah berhasil meloloskan RUU ini dalam pembahasan di DPR. Demokrat mengungguli Republik dengan jumlah suara 220-211. 

Namun langkah ini belum berakhir, RUU ini akan masuk dalam pembahasan di Senat. Pada saat yang sama, partai Republik secara terang-terangan mengatakan masih akan terus menjegal agar RUU tersebut tidak diloloskan.

Pemimpin partai Republik di Senat Chuck Schumer mengatakan penangguhan plafon utang berpotensi menyebabkan kenaikan suku bunga konsumen dan kemungkinan kenaikan pajak untuk menutupi pembayaran bunga yang lebih tinggi

"Ini bermain dengan api. Bermain-main dengan plafon utang adalah bermain api dan meletakkannya di belakang rakyat Amerika, ” kata Schumer, dikutip dari Reuters, Selasa (21/9).

Jika Republik berhasil mengungguli Demokrat pada pembahasan di senat nanti, maka pemerintahan Biden bersiap untuk shutdown seperti yang sempat terjadi pada pemerintahan Trump akhir 2018 lalu. Dampak dari shutdown saat itu membuat 300 ribu pegawai pemerintah bekerja di rumah dan PDB terpangkas. Perekonomian Amerika tetap bergerak ketika itu. Namun, kondisinya berbeda dengan saat ini yang masih dalam pemulihan pandemi Covid-19.

Bola panas pembahasan kenaikan plafon utang tampaknya hanya bergulir di politik AS. Thailand awal pekan ini secara mulus berhasil meloloskan kebijakan kenaikan plafon utang dari semula 60% menjadi 70%. Langkah diambil untuk memberi ruang lebih luas bagi pemerintah menarik utang lebih banyak demi mendanai program pemulihan Covid-19.

"Kenaikan pagu utang untuk meningkatkan ruang fiskal bagi pemerintah dan untuk memastikan tidak ada halangan jika pemerintah perlu meminjam uang untuk melaksanakan kebijakan fiskal dalam jangka menengah, juga sambil mempertahankan kemampuan pembayaran utang yang baik,” kata Menteri Keuangan Thailand Arkhom Termpittayapaisith dalam keterangan tertulisnya seperti dikutip dari Bangkok Post, Senin (21/9).

Posisi utang pemerintah Thailand terus membengkak seiring penanganan pandemi yang terus naik sejak April lalu. Hingga akhir Juli, posisi utang pemerintah sudah mencaapi 8,9 triliun bath setara Rp 3.791 triliun atau 55,6% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah ini diprediksi akan membengkak menjadi 58,9% terhadap PDB pada akhir bulan ini, yang artinya makin mendekati batas maksimum 60%.

Kenaikan pagu utang dilakukan pemerintah di tengah protes oleh warga sipil yang masih berkecamuk meminta Perdana Menteri Prayut Chan-ocha mundur dari jabatannya karena dinilai gagal mengatasi pandemi. Lonjakan tinggi terjadi dalam beberapa bulan terakhir, puncaknya pada pertengahan bulan lalu yang terus berada di atas 20 ribu kasus baru perhari.

Di sisi lain, tingkat vaksinasi di negeri gajah putih itu juga lebih lambat dari negara lainnya di ASEAN meski kondisinya kini sudah lebih baik. Jumlah penerima dosis pertama saat ini mencapai  41,5% dari total populasi, sedangkan penerima dosis kedua telah mencakup 21,5% populasi. 

Hal serupa juga dilakukan negeri jiran, Malaysia. Kabinet Malaysia mengusulkan untuk menaikkan plafon utang saat ini 60% menjadi 65% seiring besarnya kebutuhan untuk menangani Covid-19. Namun, rencana ini masih perlu mendapat restu dari DPR Malaysia.

Jika benar-benar disetujui, ini akan jadi kali kedua Malaysia menaikkan plafon utangnya sejak awal pandemi Covid-19. Pemerintah Malaysia pada Agustus tahun lalu juga menaikan batas maksimal utang dari 55% menjadi 60%, yang merupakan kali pertama sejak langkah serupa dilakukan pada krisis keuangan 2009.

Keputusan untuk menaikkan batas utang diambil untuk memberi keleluasan bagi pemerintah menarik lebih banyak utang untuk pemulihan ekonomi. Seperti diketahui, Malaysia juga menghadapi lonjakan kasus Covid-19 tertingginya dalam beberapa bulan terakhir.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...