Rupiah Melemah Pagi Ini Usai Dua Bank Sentral Beri Sinyal Dovish

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 23 poin ke level Rp 14.911 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah melemah seiring dolar AS yang menguat ditopang pasar tenaga kerja AS yang masih baik dan sinyal dovish yang diberikan dua bank sentral di benua biru.
Mengutip Bloomberg, rupiah terus melemah dari posisi pembukaan ke arah Rp 14.92o pada pukul 09.40 WIB. Posisi ini semakin jauh dari penutupan kemarin di Rp 14.888 per dollar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya juga melemah pagi ini. Dolar Singapura dan Taiwan kompak melemah 0,15%, dolar Hong Kong 0,01%, won Korea Selatan 0,67%, peso Filipina 0,10%, rupee India 0,31%, yuan Cina 0,22%, ringgit Malaysia 0,71% dan baht Thailand 0,13%. Hanya yen Jepang yang menguat 0,06%.
Analis DCFX Lukman Leong memperkiraan, rupiah akan melemah karena indeks dolar AS rebound usai sinyal dovish dari pertemuan dua bank sentral semalam, Eropa (ECB) dan Inggris (BoE). Rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 14.850-Rp 15.000 per dolar AS.
ECB menaikan bunga 50 bps semalam dan secara tegas menyebut kenaikan dengan besaran yang sama pada bulan depan. Ia menyebut risiko saat ini lebih seimbang, serta akan mengevaluasi lebih lanjut kebijakan moneternya. Hal ini memberikan sinyal dovish sekalipun masih ada kenaikan setengah persen lagi tahun depan.
BoE juga menaikan bunga 50 bps semalam, tetapi memberi sinyal dovish dengan mengatakan inflais mungkin telha emncpaai puncaknya dan membatalkan janjinya untuk terus menaikan bunga agresif.
"Rupiah berpotensi melemah oleh rebound pada dolar AS setelah BoE dan ECB bernada dovish dengan menyatakan bahwa usaha mereka dalam memerangi inflasi terlihat membuahkan hasil," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Jumat (3/2).
Sentimen pelemahan juga berpeluang datang dari data ketenagakerjaan AS yang dirilis semalam menunjukkan kondisi yang masih kuat. Ini yercermin dari data klaim pengangguran AS pekan lalu yang lebih rendah dari perkiraan dan turun ke level terendahnya sembilan bulan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran inflasi yang didorong oleh gaji karyawan masih tetap tinggi.
Berbeda, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah didukung sentimen dovish bank sentral AS, The Fed pada pertemuan dua hari lalu. Rupiah diperkirakan menguat ke kisaran Rp 14.830-Rp 14.850 per dolar AS, dengan potensi pelemahan ke Rp 15.000 per dolar AS.
The Fed sudah menaikan bunga 25 bps pada pertemuan kemarin. Gubernur The Fed, Jerome Powell juga mengatakan sudah ada tanda-tanda disinflasi sekalipun menyebut terlalu dini untuk mendeklarasikan kemenangan melawan inflasi.
"Data-data ekonomi global juga menunjukkan bahwa inflasi di beberapa negara besar sudah mulai menurun dan aktivitas ekonomi juga terlihat bertumbuh. Ini memunculkan persepsi bahwa ekonomi ke depan semakin membaik dan mendorong pelaku pasar masuk kembali ke aset berisiko," kata Ariston dalam catatannya.
Namun, menurut dia, pasar perlu mewaspadai penguatan dolar AS yang terjadi kemarin terhadap mata uang lainnya. Hal ini dipicu data tenaga kerja AS yang masih cukup bagus. Hal ini masih memberikan persepsi The Fed bisa memperketat lagi kebijakan moneternya.