Emiten Tekstil Panen Laba di Tengah Banyak Perusahaan Tutup

ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Industri tekstil dan produk tekstil menghadapi ancaman penutupan pabrik.
Editor: Ekarina
12/9/2019, 12.04 WIB

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalami tantangan penurunan pesanan yang menyebabkan ratusan perusahaan tekstil bangkrut. Meski demikian, beberapa emiten tercatat masih mendapat kenaikan laba, seperti PT Sri Rejeki Isman (SRIL) atau yang kerap disebut Sritex serta PT Indo Rama Synthetics Tbk (INDR).

Pada semester I 2019, Sritex membukukan laba sebesar US$ 63,2 juta atau RP 884,8 miliar (dengan kurs Rp 14.000 per dolar AS). Laba bersih ini meningkat dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (year on year/ yoy) senilai US$ 56 juta atau Rp 784 miliar. Kenaikan tersebut ditopang oleh pendapatan usaha sebesar US$ 513 juta, sedangkan beban usaha  US$ 38 juta.

(Baca: Asosiasi Tekstil Ungkap Penutupan Sembilan Pabrik Akan Bertambah)

Hal serupa juga dialami Indorama Synthetics, emiten pembuatan benang pintal dan campuran, benang filamen poliester (termasuk benang mikrofilamen), yang mencatat kenaikan laba.

Pada semester I 2019, perseroan membukukan laba bersih sebesar US$ 35 juta atau Rp 490 miliar. Angka ini meningkat 48,9% dibandingkan tahun sebelumnya yang sekitar US$ 23,5 juta atau Rp 329 miliar.

Kenaikan laba yang signifikan Indorama ditopang oleh pendapatan usaha sebesar US$ 398 juta, sedangkan beban keuangannya tercatat sebesar US$ 6,4 juta.

Emiten Tekstil Merugi

Situasi serupa rupanya tak terjadi pada seluruh emiten tekstil dan produk tekstil. Sebab, ada pula beberapa perusahaan tekstil yang mencatat kerugian seperti PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY).

POLY merugi hingga US$ 3,8 juta atau Rp 53 miliar pada enam bulan pertama 2019. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, POLY membukukan laba bersih US$ 11,11 juta atau Rp 155,5 miliar. Pendapatan dan penjualan POLY pada semester lalu sebesar US$ 213 juta, atau tumbuh 6,9% secara tahunan. Sedangkan beban usaha perseroan tercatat US$ 199 juta.

Halaman:
Reporter: Fariha Sulmaihati