Ditopang Bisnis Makanan, Laba Bersih Indofood Kuartal I Melejit 13,5%

KATADATA / Agung Samosir
Gedung Indofood Tower.
Penulis: Ekarina
30/4/2019, 16.51 WIB

Sepanjang 2018, industri makanan minuman tumbuh di angka 7,91%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi yang berada di kisaran 5,17%. “Kami harapkan industri makanan dan minuman akan tahun ini tumbuh lebih dari 9% karena adanya peningkatan investasi," katanya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia ( GAPMMI) Adhi S Lukman mengatakan prospek pertumbuhan industri makanan minuman pada tahun ini masih cukup positif.

(Baca: Kuartal I 2019, Ekspor Makanan Minuman Olahan Diramal Tembus Rp 28 T)

Peningkatan rata-rata jumlah penduduk sekitar 4 juta per tahun, akan menjadi penyumbang utama pertumbuhan. Sementara agenda politik 2019 tak terlalu besar mengerek konsumsi makanan minuman. "Tahun politik tentu ada dampaknya buat peningkatan konsumsi, tapi tak signifikan," kata Adhi kepada Katadata.co.id.

Industri makanan minuman dibayangi sejumlah tantangan tahun ini. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan menjadi tantangan terbesar karena akan mempengaruhi biaya produksi industri dan menaikkan biaya pembelian bahan baku.

(Baca: Ramadan-Lebaran, Pengusaha Makanan Minuman Bidik Pertumbuhan Omzet 30%)

Industri makanan minuman saat ini masih sangat bergantung pada bahan baku impor. Misalnya, gandum sebagai bahan baku utama tepung terigu yang 90%-100% masih berasal dari impor, kemudian gula 80%, garam 70%, susu 80%, kedelai 70% dan jus buah 70%.

Karena itu, untuk merespons depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sejumlah industri makanan minuman pada tahun ini kemungkinan akan menaikan harga jual sekitar 5%.

Halaman: