Perusahaan Barang Konsumsi Rentan Terdampak Pelemahan Rupiah

Katadata | Donang Wahyu
Penulis: Ekarina
10/9/2018, 17.31 WIB

Sementara itu, tiga perusahaan yang lebih sensitif terhadap pelemahan rupiah, di antaranya adalah PT Erajaya Swasembada (ERAA), PT Mitra Adiperkasa (MAPI) dan PT Ace Hardware (ACES).

Masalah yang dihadapi ketiga perusahaan, menurutnya  ini hampir sama yakni kurang diuntungkan saat nilai tukar terdepreasiasi karena porsi impor yang cukup besar,  ditambah perusahaan tidak memiliki banyak ruang untuk memotong opex karena tingkat variabel opex/revenue yg relatif kecil.

Ditambah lagi, ketiganya memiliki keterbatasan dalam menaikkan harga jual karena dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap permintaan (jika harga dinaikan terlalu tinggi).  Sementara jika tak dinaikan akan mempengaruhi margin perusahaan bila rupiah terus terdepresiasi.

Dikonfirmasi secara terpisah, Corporate Secretary Ace Hardware Helen Tanzil menuturkan hingga saat ini pihaknya masih mengobeservasi dampak pelemahan rupiah terhadap dolar terhadap kinerja perusahaan. Di sisi lain, pihaknya juga belum  menaikan harga jual produknya untuk mengompensasi pelemahan nilai tukar.

"Kami belum menaikan harga dan masih mengobeservasi pergerakan dolar," ujarnya kepada Katadata.

(Baca juga : Jokowi Siapkan Langkah Jangka Pendek Hadapi Tekanan Rupiah)

Dia pun menyebut bahwa kondisi pelemahan nilai tukar tak mempengaruhi rencana ekspansi perseroan untuk membuka sebanyak 15 gerai Ace Hardware di 2018.

Adapun Mitra Adiperkasa dan Erajaya belum merespon ketika dikonfirmasi Katadata.

Sementara itu, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama beberapa waktu terakhir terus memberi tekanan terhadap perolehan margin perusahaan makanan minuman, terutama pada perusahaan yang memiliki ketergantungan besar terhadap bahan baku impor. Margin perusahaan diakui banyak mengalami tekanan akibat biaya produksi yang terus meningkat tanpa mampu diimbangi dengan kenaikan harga jual.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) menuturkan margin rata-rata perusahaan makanan minuman telah menyusut antara 3%-5%. Biaya produksi rata-rata perusahaan makanan minuman terus mengalami lonjakan. Menurutnya, saat ini banyak bahan baku industri makanan minuman yang mayoritas masih didapat melalui impor, seperti bahan baku industri terigu sebesar 100%, gula 80%, garam 70%, susu 80%, kedelai 70% dan jus buah 70%.

Namun, untuk menyiasati pelemahan nilai tukar rupiah terhadap kenaikan biaya produksi banyak perusahaan makanan minuman belum berani menaikan harga jual karena masih dibayangi kekhawatiran pelemahan daya beli.

Karenanya, beberapa produsen mulai menyiasati kenaikan biaya produksi dengan melakukan efisiensi seperti dengan menggunakan bahan baku alternatif, memodifikasi dari segi ukuran maupun kemasan.

Halaman: