PT Garuda Indonesia Tbk mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal I 2020. Pendapatan usaha maskapai milik pemerintah ini turun hingga 30,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Mengutip laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi, Rabu (1/7) tercatat, pendapatan usaha Garuda Indonesia sepanjang tiga bulan pertama tahun ini tercatat sebesar US$ 768,12 juta atau setara Rp 11 triliun (asumsi kurs Rp 14.350 per dolar AS). Padahal, pada kuartal I 2019 Garuda Indonesia sanggup membukukan pendapatan sebesar US$ 1,09 miliar.
Dari segmen bisnis, penerbangan berjadwal masih menjadi andalan Garuda Indonesia, dengan raihan pendapatan US$ 654,52 juta pada kuartal I 2020. Jumlah ini turun 29,2% dibandingkan kuartal I 2019, yang tercatat sebesar US$ 924,93 juta.
Sementara, lini penerbangan tidak berjadwal yang berasal dari bisnis penyewaan atau charter, mencatatkan pendapatan sebesar US$ 5,31 juta, naik 85,4% dibandingkan kuartal I 2019 US$ 2,86 juta.
Karena penurunan pendapatan yang signifikan, Garuda Indonesia harus menelan kerugian hingga US$ 120,16 juta atau setara dengan Rp 1,72 triliun. Padahal, pada kuartal I 2019, perseroan sudah sukses membukukan laba bersih US$ 20,48 juta.
Manajemen Garuda Indonesia mengungkapkan, kinerja negatif yang dialami perseroan merupakan imbas dari pandemi virus corona atau Covid-19. Seperti diketahui, pandemi corona membuat perseroan terpaksa memarkir armada pesawatnya, karena adanya pembatasan mobilitas masyarakat.
(Baca: Siap-siap, Harga Tiket Pesawat hingga Kereta Naik Saat Normal Baru)
Sebagai bagian dari usaha berkesinambungan untuk menghadapi dan mengelola kondisi tersebut, manajemen Garuda Indonesia mengambil langkah-langkah yang telah dan akan dilaksanakan secara berkelanjutan.
Langkah yang diambil antara lain, memaksimalkan pendapatan penumpang berjadwal, baik rute domestik dan internasional melalui optimalisasi produksi serta strategi dynamic pricing. Kemudian, menutup rute yang tidak menghasilkan profit.
Selain itu, Garuda Indonesia juga memaksimalkan penerbangan kargo selama masa pandemi corona, untuk mengkompensasi penurunan pendapatan dari penumpang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
"Kami juga meningkatkan pendapatan sewa, dengan membuat kerjasama kemitraan jangka pendek dan jangka panjang," tulis manajemen Garuda dalam laporan keuangan tersebut.
Kemudian, Garuda Indonesia juga melakukan negosiasi dengan lessor terkait penurunan biaya sewa pesawat, penundaan kedatangan pesawat baru, maupun opsi early re-delivery pesawat.
(Baca: Garuda Kaji Naikkan Harga Tiket Pesawat Demi Tutupi Operasional)