Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dinilai tidak efektif mengangkat harga saham emiten properti. Alasannya, penurunan suku bunga tidak langsung berpengaruh terhadap bunga kredit di perbankan.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, pemangkasan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4% tidak berpengaruh signifikan terhadap prospek saham properti. Bahkan, properti merupakan salah satu sektor yang paling terdampak selama masa pandemi Covid-19.
Ia berpendapat, saham emiten properti belum bergerak signifikan karena pelaku pasar masih menunggu apakah kebijakan ini akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit perbankan.
“Pemangkasan suku bunga BI ini belum diketahui juga apakah langsung diikui dengan penurunan suku bunga kredit,” katanya kepada Katadata.co.id, Senin (20/7).
Sementara, Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama berpendapat, tekanan terhadap saham emiten properti belum hilang meski BI telah memangkas suku bunga. Sebab, sektor properti masih menghadapi sejumlah tantangan yang dapat menekan kinerja, seperti ketidakpastian ekonomi global.
Meski demikian, ia memprediksi pada semester II 2020 kinerja emiten properti akan lebih baik dibanding semester I 2020. Faktor utama yang menopang perbaikan sektor ini adalah, mulai kembalinya aktivitas perekonomian masyarakat, setelah sempat terhenti karena adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Beberapa saham properti yang menurut Nafan dapat dicermati investor antara lain, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk (BEST), dan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Katadata.co.id, sejak awal tahun hingga penutupan sesi perdagangan Jumat (17/7), hampir semua saham sektor properti kinerjanya anjlok, seperti saham PT Lippo Karawaci (LPKR) yang turun 41,74% ke level 141 per saham. Kemudian, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang turun 41,29% ke level 590 per.
Lalu, saham PT Alam Sutra Realty Tbk (ASRI) tercatat juga turun 43,70% menjadi Rp 134 per saham hingga penutupan perdagangan Jumat (17/7). Bahkan, pada 26 Maret 2020, harga sahamnya sempat menyentuh level terendah ke posisi Rp 87 per saham.
Sedangkan, saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) telah anjlok 40,64% ke level Rp 745 per saham hingga penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (17/7).
Padahal harga saham BSDE sempat menyentuh level tertinggi di posisi Rp 1.300 per saham pada penutupan sesi perdagangan 15 Januari 2020. Adapun, nilai terendahnya terjadi pada 13 Mei 2020, yakni di level Rp 585 per saham.