Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pada tahun ini investasi di sektor mineral dan batubara (Minerba) mencapai US$ 7,7 miliar atau sekitar Rp 105,5 triliun. Jumlah ini meningkat 18% dari realisasi investasi tahun lalu sebesar US$ 6,5 miliar.
Meski investasi di sektor tambang terus meningkat, mulai 2022 diperkirakan akan menurun seiring dengan rampungnya pembangunan proyek smelter. "Investasi ini berkurang karena pembangunan smelter berkurang dan investasi smelter juga mulai berkurang," kata Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Bambang Gatot Ariyono dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Selasa (11/2).
Di samping itu, Bambang juga menjelaskan Izin Usaha Pertambangan (IUP) daerah berkontribusi sangat besar pada target investasi tahun ini. Jumlah IUP daerah dan provinsi mencapai 3.100.
(Baca: Dana Asing Akan Ditampung Khusus di Badan Pengelola Investasi Negara)
Menurut Bambang, target investasi paling besar didominasi di sektor hilir. Target tersebut dipicu rencana PT Bukit Asam Tbk yang yang bakal melakukan hilirisasi untuk produksi Dimethyl Ether atau DME. Proyek tersebut diperkirakan bakal menyumbang investasi cukup besar pada 2021.
Pada 2021 target investasi diproyeksikan sebesar US$ 5,6 miliar. Kemudian turun pada 2022 yang hanya sebesar US$ 4,3 miliar. Adapun pada 2023-2024 belum ada rencana investasi baru.
(Baca: Produksi Tambang Freeport Turun, Ekonomi Papua Anjlok 15,72% pada 2019)