Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Seotjipto menyatakan pihaknya kesulitan untuk mencapai target investasi hulu migas sebesar US$ 14,7 miliar. Pasalnya, SKK Migas ingin menekan biaya penggantian operasi hulu migas (cost recovery).
Jika ingin menekan cost recovery, maka SKK Migas harus mendorong efisiensi dalam investasi hulu migas. "Jadi cost recovery itu akan kami tekan, kami berharap nanti bisa mendekati dari realisasi," kata Dwi saat ditemui di Jakarta, Kamis (24/10).
SKK Migas menargetkan cost recovery tahun ini sebesar US$ 10,22 miliar. Namun, hingga akhir tahun diproyeksi mencapai US$ 11,46 miliar. Pasalnya, cost recovery hingga Mei 2019 sudah mencapai US$ 4,05 miliar.
(Baca: Hingga September, Lifting Migas Hanya Capai 89% dari Target APBN)
Padahal sejak 2014 lalu, cost recovery bisa ditekan. Khususnya pada 2017, realisasi cost recovery hanya sebesar US$ 11,3 miliar atau turun 1,7 persen dari tahun sebelumnya. Jumlah ini merupakan yang terendah dalam delapan tahun terakhir. Selengkapnya data terkait cost recovery seperti grafik Databoks berikut ini :
(Baca: Ingin Kendalikan Cost Recovery, SKK Migas Manfaatkan Kontrak Bersama)
Selain efisiensi, beberapa proyek pengeboran migas juga tidak berjalan. Makanya Dwi pesimistis target investasi hulu migas bisa tercapai."Terutama blok-blok yang eksplorasi, itu kadang masalah internal dari KKKS. Itu saja yang bikin kurang dari US$ 14,7 miliar," kata Fatar.
SKK Migas mencatat investasi hulu migas hingga kuartal III 2019 hanya mencapai US$ 8,4 miliar, sekitar 57 persen dari target tahun ini. Namun, SKK Migas menyebut capaian tersebut lebih tinggi 11 persen dibandingkan investasi di kuartal tiga 2018 sebesar US$ 7,6 miliar.
Ke depanya, SKK Migas optimis investasi hulu migas bisa naik karena ada 42 proyek utama hulu migas hingga 2027 dengan total nilai investasi mencapai US$ 43,3 miliar dan proyeksi pendapatan kotor (gross revenue) sebesar US$ 20 miliar. Total produksi dari 42 proyek tersebut 1,1 juta boepd yang mencakup produksi minyak sebesar 92,1 ribu bopd dan gas sebesar 6,1 ribu MMSCFD.
Berdasarkan Databoks, investasi hulu migas mengalami tren penurunan dalam sejak 2015. Pada 2014, investasi hulu migas di Indonesia mencapai US$ 20,4 miliar. Capaian tersebut juga merupakan level tertinggi investasi hulu migas seiring naiknya harga minyak mentah dunia hingga di atas US$ 100/barel. Namun setelah itu, investasi terus mengalami penurunan. Selengkapnya dalam grafik di bawah ini :