Holding Industri Pertambangan (HIP) menandatangani kerja sama dengan tiga perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dengan kerja sama ini, perusahaan bisa memperoleh kemudahan dalam transaksi jual beli valuta asing (valas) dan fasilitas ekspor impor.
Adapun beberapa perusahaan yang termasuk dalam holding pertambangan, adalah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), PT Aneka Tambang (Antam), PT Timah, PT Bukit Asam, serta PT Freeport Indonesia (PTFI).
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan kerjasama ini merupakan komitmen dan serangkaian strategi untuk membangun BUMN yang kuat, efisien, dan kompetitif di pasar global. "Ini juga sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor," kata Rini dalam keterangan tertulis, Minggu (28/7).
(Baca: Holding BUMN Tambang Targetkan Ekspor Tahun Ini Rp 37 Triliun )
Sementara Direktur Utama PT Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa anggota HIP memiliki kelebihan likuditas, sehingga memerlukan fasilitas dari ketiga bank tersebut. "Kerja sama ini diharapkan turut membantu stabilitas nilai tukar," ujarnya.
"Kerjasama ini adalah salah satu program sinergi dalam penyaluran valas dari anggota HIP yang memiliki kelebihan likuiditas valas," ujar Budi, dalam keterangan tertulis yang diterima Katadata.co.id, Minggu (28/7).
Fasilitas Ekspor
Selain transaksi valas, ketiga bank BUMN tersebut juga sepakat untuk memberikan dukungan dan fasilitas perbankan berupa trade services dan trade financing dengan tarif yang kompetitif.
Adapun HIP telah mengekspor aluminium, bauksit, nikel, ferronikel, emas, batubara dan timah senilai lebih dari US$2.5 miliar (Rp 35 triliun). Jumlah ini diluar dari ekspor PTFI.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Gatot Trihargo berharap kerja sama ini dapat mendukung program-program hilirisasi Industri Pertambangan.
Kerjasama tersebut merupakan rangkaian dari upaya sinergi antara HIP dengan BUMN lainnya. Sebelumnya, HIP juga melakukan sinergi dengan Pertamina untuk pembelian bahan bakar dengan acuan harga yang sama diseluruh wilayah operasional HIP.
"Ini merupakan strategi untuk membangun BUMN yang kuat, efisien, dan kompetitif di pasar global. Juga sejalan dengan upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan ekspor," ujar Menteri BUMN Rini Soemarno.
(Baca: Inalum dan Freeport Teken Kesepakatan Divestasi 51% Saham)
Holding Industri Pertambangan resmi dibentuk pada 27 November 2017, dimana Inalum menjadi induk usaha holding, sedangkan Antam, Bukit Asam, Timah, dan Freeport sebagai anggota Holding. Inalum memegang 65% saham Antam, 65.02% saham Bukit Asam, 65% saham Timah, dan 51,2% saham PTFI.
Hingga Desember 2018, HIP membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 65.2 triliun, tumbuh 38% dari tahun lalu. Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Konsolidasi mencapai Rp 18.5 triliun, tumbuh 50% dari tahun lalu. Laba bersih konsolidasi mencapai Rp 10,5 triliun tumbuh 54% dari tahun 2017.