Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan asumsi produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi (migas) pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019 sebesar 1.932-2.105 ribu barel setara minyak per hari (bsmph). Adapun di APBN tahun ini, lifting hanya 2.000 bsmph.
Menurut Menteri ESDM Ignasius Jonan, penentuan target itu karena lifting minyak bumi memang agak sedikit lebih rendah karena beberapa lapangan sudah tua, sehingga ada penurunan secara alamiah. Sedangkan target gas bumi sedikit meningkat. “"Usulan kami di 2019 lifting migas berkisar antara 1.932- 2.105 ribu boepd," kata dia dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR Jakarta, Selasa (5/6).
Jika dirinci, target lifting minyak bumi tahun depan yakni 722 ribu barel per hari (bph) hingga 805 ribu bph. Sementara itu, target tahun ini adalah 800 ribu bph dan realisasi hingga Mei 758 ribu bph.
Sementara lifting gas diusulkan sebesar 1.210-1.300 ribu boepd. Dalam APBN 2018 lifting gas hanya 1.200 ribu boepd. Adapun realisasi lifting migas selama Januari-Mei 2018 sudah mencapai 1.158 ribu boepd.
Untuk mencapai target itu, pemerintah menyiapkan beberapa strategi. Pertama, menjalankan program kerja utama hulu migas, yakni dengan tetap memperhatikan keekonomian blok migas. Kedua, penerapan teknologi tepat guna.
Ketiga, mengupayakan metode baru untuk penemuan sumber daya dan cadangan migas. Keempat, memantau proyek pengembangan lapangan yang beroperasi (onstream) tepat waktu. Kelima, melakukan pemeliharaan untuk meningkatkan kehandalan fasilitas produksi.
Keenam, pengembangan wilayah kerja migas. Ketujuh, penerapan teknologi terkini dan tepat guna. Kedelapan, melanjutkan penerapan perubahan PSC cost recovery ke gross split. Kesembilan, penyelesaian perpanjangan 22 blok migas yang akan berakhir hingga 2023. Kesepuluh, penyelesaian manajemen data cadangan di SKK Migas.
Di tempat yang sama, Anggota Komisi VII DPR Ramson Siagian menyoroti dampak penerapan skema kontrak gross split terhadap lifting. "Variabel di gross split ini belum tentu bisa dorong peningkatan lifting minyak," kata dia.
Anggota DPR lainnya Kurtubi meminta agar Kementerian ESDM segera menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) di Blok Rokan yang dikelola Chevron untuk mendongkrak lifting. "Terapkan EOR di Chevron supaya lifting migas meningkat," kata dia.
(Baca: Dirjen Migas Dorong Penerapan Metode EOR di Awal Pengembangan Lapangan)
Adapun usulan lifting migas yang diusulkan Kementerian ESDM tersebut nantinya akan dibahas lagi dalam sesi pendalaman. "Komisi VII memahami penjelasan pagu indikatif Kementerian ESDM pada RAPBN TA 2019 kemudian akan dilakukan pendalaman pada RDP dengan eselon I Kementerian ESDM," kata Ketua Komisi VII DPR Gus Irawan Pasaribu.