PT Pertamina (Persero) memprediksi butuh waktu tiga tahun untuk memulihkan kinerja keuangan PT Perusahaan Gas Negara/PGN (Persero) Tbk. Kondisi keuangan itu akan dipulihkan setelah Pertamina menjadi induk usaha PGN melalui holding.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko Gigih Prakoso mengatakan setelah holding, perusahaannya memiliki kendali terhadap PGN. Untuk itu kondisi keuangan perusahaan yang bergerak di sektor gas tersebut harus diberesin.
Atas dasar itu, Direktur Utama/Dirut Pertamina juga menghitung masa pemulihan itu. “Tadi kan bapak Dirut bilang recovery-nya butuh waktu paling tidak sekitar tiga tahun setelah terbentuk holding migas,” kata Gigih di Jakarta, Rabu (14/3).
Dalam lima tahun terakhir, laba bersih PGN terus menurun. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2017, PGN mencatatkan laba bersih sebesar US$ 143,15 juta atau setara Rp 1,92 triliun. Padahal tahun 2013, bisa mencapai level US$ 845 juta.
Menurut Gigih, Pertamina tengah menyiapkan beberapa upaya untuk mengatasi masalah keuangan tersebut. “Harus ada upaya besar, misalkan kami melihat kontrak-kontraknya, efisiensi, kenapa suplai turun, masalah harga, dan aset-asetnya,” ujar dia.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan Industri Strategis, dan Media Kementerian Badan Usaha Milik Negara/BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan saat ini keuangan PGN masih sehat. “Mungkin ada masalah-masalah yang disampaikan. Apakah ini memberatkan Pertamina? tentunya tidak,” ujar dia.
Justru dengan terbentuknya holding bisa memperkuat kondisi keuangan Pertamina dan PGN. Aset Pertamina juga akan bertambah sekitar Rp 78 triliun dari saham milik negara di PGN yang dialihkan ke Pertamina.
(Baca: Laba Bersih PGN Turun ke Titik Terendah 5 Tahun Terakhir)
Saat ini Kementerian BUMN masih merampungkan nilai valuasi transaksi pengalihan saham seri B PGN. Proses itu diharapkan rampung pekan ini. Sementara itu Fajar belum mau merinci skema penggabungan Pertagas dengan PGN nantinya, menurut dia keputusannya skema tersebut akan diumumkan pada akhir bulan ini.