PT Pertamina (Persero) masih menimbang minat perusahaan energi asal Tiongkok, PetroChina untuk bergabung di blok East Natuna. Sejak ExxonMobil dan PTT EP mundur, hanya Pertamina yang tersisa di konsorsium pengelola blok East Natuna.

Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakoso mengatakan sampai saat ini PetroChina belum menyampaikan secara resmi tawaran tersebut. “Tawaran PetroChina tersebut sedang kami pelajari di internal," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (12/1).

Sementara itu, Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam membuka peluang jika PetroChina ingin bergabung mengelola East Natuna. "Tentu kami welcome dengan keinginan tersebut. Untuk East Natuna akan kami konsultasikan ke Kementerian ESDM siapapun yang berminat sebagai anggota konsorsium," ujar dia..

Pengembangan blok East Natuna sampai saat ini belum berjalan, meskipun eksplorasi dilakukan sejak tahun 2017. Bahkan kontrak blok tersebut sampai saat ini belum ada. Ini karena untuk mengembangkan blok tersebut butuh biaya yang besar.

Pengembangan blok East Natuna membutuhkan dana besar karena kadar karbon dioksida (CO2) yang tinggi hingga 72%, sehingga butuh teknologi yang tidak murah. Padahal cadangan gas yang ada 46 triliun kaki kubik (TCF).

Mahalnya biaya pengembangan itu juga tidak dibantah PetroChina. Vice President Supply Chain Management & Operation Support PetroChina Gusminar, proyek East Natuna membutuhkan sekitar US$40 miliar. “Proyek ini bisa dibilang cukup mahal, tetapi, sejak ada OBOR (One Belt One RoadO Initiative, Pemerintah Tiongkok menjadikan Indonesia sebagai salah satu tempat tujuan investasi yang penting,” ujar Rabu (10/1).

Meskipun mahal, Presiden PetroChina Gong Bencai mengatakan perusahaannya tetap tertarik bekerja sama dan studi bersama dengan Pertamina. Alasannya  pusat riset PetroChina sudah memiliki teknologi untuk memisahkan gas dengan CO2. Teknologi itu kini baru dijajal di blok Jabung, Jambi.

(Baca: PetroChina Bidik Sembilan Blok Migas)

Namun, hingga kini Gong belum mau merinci besaran hak kelola yang diincar perusahaannya untuk masuk East Natuna. "PetroChina tertarik kerjasama dengan Pertamina dan melakukan joint study. Di research center kami ada teknologi yang sudah diujicobakan di Jabung," kata Gong Bencai di Jakarta, Rabu (10/1).