Sementara dalam pagu APBN 2017, kuota subsidi untuk solar 16 juta KL dengan anggaran Rp 500 per liter. Tahun depan, kuota tersebut meningkat menjadi 16,53 juta KL.

Penasihat Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan jika pertimbangannya hitungan keekonomian, pemerintah seharusnya sudah menaikkan harga Premium dan Solar subsidi sejak tiga bulan lalu. Apalagi untuk Premium sudah tidak ada subsidi.

Namun, pertimbangan pemerintah tampaknya lebih cenderung politis dan populis sehingga menaikkan harga menjadi sangat sensitif dan dihindari. Menurut Pri, hal itu tidak baik karena mendidik masyarakat kembali terbuai oleh subsidi pemerintah. Padahal, masyarakat sejak 2015 sudah terbiasa dengan penyesuaian harga secara berkala.

Pri khawatir ketika harga minyak lebih tinggi lagi maka pemerintah akan semakin sulit menaikkan harga. Alasannya nilainya akan lebih besar lagi. “Masalah ini sudah bergeser lebih ke arah politis. Pemerintah sendiri yang membuat seperti itu, sehingga menjadi rumit,” ujar dia kepada Katadata, Senin (19/6).          

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Mandiri Bidang Riset Industri dan Wilayah Dendi Ramdani memperkirakan besaran kenaikan harga premium hanya Rp 400 per liter dengan asumsi ICP US$ 45-US$ 50 per barel. Namun, ia memperkirakanharga minyak mentah untuk tahun ini sekitar US$ 55-US$ 60 per barel.

(Baca: Menko Darmin: Pemerintah Kaji Kenaikan BBM Setelah Lebaran)

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N Wiratmaja Puja mengatakan pemerintah sudah menghitung tren harga BBM ke depan, namun ia belum mau menjelaskan hal tersebut.  "Sekarang kan lagi ada minus, nanti suatu hari ada plus, dan diakhir tahun dievaluasi," kata dia beberapa waktu lalu.

Halaman: