Kementerian ESDM Taksir Subsidi Elpiji Membengkak Jadi Rp 42 Triliun

ANTARAFOTO/Basri Marzuki
Warga mengangkut tabung elpiji 3 kilogram bersubsidi yang dibeli di Kantor Kecamatan Palu Selatan, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (15/3).
4/5/2017, 11.55 WIB

Alokasi dana subsidi elpiji 3 kilogram (kg) berpotensi membengkak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017. Salah satu penyebabnya adalah pergerakan harga gas jenis CP Aramco yang menjadi acuan harga gas di Indonesia. 

Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N Wiratmaja Puja memperkirakan, anggaran subsidi elpiji dalam rancangan APBN-P 2017 bakal naik Rp 20 triliun dari alokasi dalam APBN 2017 yang berkisar Rp 22 triliun.  "Kami hitung kalau misalnya harga minyak dan elpiji seperti sekarang terus, sampai akhir  tahun sekitar  Rp 42  triliun (dana subsidi)," kata dia di Jakarta, Rabu (3/5).

Sebagai gambaran, elpiji 3 kg di Indonesia merupakan campuran dari gas jenis Propane dan Butane. Komposisinya adalah 42% Propane dan 58% Butane. (Baca: Sri Mulyani: Subsidi Energi Tahun Ini Berpotensi Membengkak)

Berdasarkan situs Gas Energy Australia, harga gas jenis Propane CP Aramco masih berfluktuasi sejak Januari 2017. Dibandingkan awal tahun, harga pada April lalu memang lebih rendah US$ 5 per metrik ton yakni US$ 430 per metrik ton. Namun, harganya sempat melonjak menjadi US$ 510 per metrik ton pada periode Februari lalu.

Tak berbeda dengan Propane, pergerakan harga Butane juga naik turun. Pada Januari 2017 harganya sebesar US$ 495 per metric ton. Sementara periode April mencapai US$490 per metric ton. Namun pada Februari dan Maret menembus harga US$600 per metric ton.

(Baca: Harga Elpiji Dianggap Kemahalan, Pertamina dan ICW Berbeda Hitungan)

Halaman: