PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) terus bernegosiasi dengan PT Pertamina (Persero) mengenai penjualan gas dari Lapangan Jambaran-Tiung Biru di Blok Cepu. Perusahaan Listrik Negara (PLN) menginginkan harga gas bisa turun.
Kepala Divisi Pengadaan BBM dan Gas PLN Chairani Rachmatullah, ada kemungkinan PLN menyerap gas dari lapangan tersebut. "Jika harganya cocok," kata dia kepada Katadata pekan lalu. (Baca: Terkendala Harga, Gas Tiung Biru di Blok Cepu Belum Laku)
PLN dan Pertamina sebenarnya sudah menandatangani Head of Agreement (HoA) untuk pembelian gas tersebut. Dalam kesepakatan itu, PLN berencana membeli 95 juta kaki kubik (mmcsfd) gas dari Lapangan Tiung Biru. Gas ini rencananya untuk Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa 3 dengan kapasitas 500 MW.
Namun meski sudah ada kesepakatan, kedua BUMN ini masih belum ada titik temu mengenai harga. Pertamina menawarkan harga US$ 8 dengan eskalasi 2 persen per mmbtu. Harga tersebut berdasarkan perhitungan rencana pengembangan wilayah (Plan of Development/PoD) lapangan Tiung Biru pada tahun 2012.
Sementara PLN menginginkan agar harga gas Tiung biru lebih rendah dari US$ 8 dengan eskalasi 2 persen per juta british thermal unit (mmbtu). "Itu harga tahun 2012, padahal baru berproduksi 2019," kata Chairani. (Baca: Pengolahan Gas Tiung Biru Blok Cepu Diperkirakan Selesai 2020)
Di sisi lain, Direktur Utama Pertamina EP Cepu (PEPC) Adriansyah mengatakan harga US$ 8 dengan eskalasi 2 persen per MMBTU memang berdasarkan PoD 2012. Tapi pada saat berproduksi, harga ini bisa menjadi lebih mahal. “Pada saat onstream hampir US$ 9,5 per mmbtu," ujar dia kepada Katadata, Selasa (13/9).
Menurut Adriansyah, manajemen PEPC dengan mitranya yakni ExxonMobil Limited Cepu tengah mengupayakan optimalisasi belanja modal. Tujuannya agar harga gas Tiung Biru bisa lebih rendah.
Agar harga gas dari lapangan ini bisa turun, pemerintah juga tengah mengkaji beberapa opsi. Salah satunya adalah dengan mengurangi bagi hasil yang diterima oleh pemerintah.
Sampai saat ini gas dari Lapangan Jambaran-Tiung Biru memang belum laku. Awalnya gas ini akan diserap oleh Pupuk Kujang Cikampek (PKC). Tapi batal karena PKC menginginkan harga yang lebih rendah, yakni US$ 7 per mmbtu. (Baca: Pemerintah Akan Kurangi Penerimaan Gas Jambaran-Tiung Biru)
Alhasil alokasi gas untuk PKC akan diserap oleh induk usaha PEPC, Pertamina. Masalahnya hingga kini belum ada perjanjian jual beli untuk gas tersebut, sebab Pertamina masih kesulitan memasarkan gasnya.