Revisi APBN, ESDM Minta Dana Program Indonesia Terang Rp 47 T

Arief Kamaludin|KATADATA
23/5/2016, 14.07 WIB

Saat ini, Kementerian ESDM telah memetakan 12.659 desa yang belum terlistriki. Sebagian besar desa tersebut berada di zona terpencil wilayah Indonesia Timur.  Desa ini akan menjadi prioritas program Indonesia Terang. Selain itu, 9,9 juta masyarakat Indonesia belum mendapatkan akses listrik. (Baca: Kisruh Listrik Nias, PLN Berkukuh Tunggu Hasil Audit)

Untuk daerah terpencil, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengatakan, pembangkit yang bisa dibangun ialah yang berbasis energi baru terbarukan (EBT). Pertimbangannya, potensi energi baru terbarukan belum dimanfaatkan secara maksimal.

Rida menghitung, potensi energi baru terbarukan di Indonesia sebesar 801,2 GW. Itu terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Pembangkit Listrik Tenaga Hidro sebesar 75 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya 532,6 GW. Selain itu, Pembakit Listrik Panas Bumi (geotermal) sebesar 29,5 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bio Eergi sebesar 32,6 GW, Pembangkit Listrik Energi Laut 18 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin sebesar 113,5 GW. Namun, sampai saat ini pemanfaatan EBT hanya satu persen dari total potensi EBT sebesar 801,2 GW. 

Kepala Dinas ESDM Provinsi Maluku Martha Nanlohy menyambut baik program tersebut. Berdasarkan data Dinas ESDM Maluku, tahun 2015 tercatat ada 414 desa dari 11 kabupaten kota di Maluku yang belum berlistrik. Padahal, potensi EBT di Maluku sangat besar seperti sinar matahari, angin, panas bumi, arus laut hingga air. "70 tahun Indonesia merdeka, tapi kami ditinggalkan, padahal Maluku juga salah satu provinsi yang membentuk NKRI," kata Martha beberapa waktu lalu. 

Halaman: