Pemerintah mencanangkan target 1 juta barel minyak pada 2030. Salah satu upayanya dengan melaksanakan eksplorasi untuk menambah cadangan migas baru.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas pun fokus pada 12 wilayah yang diproyeksi memiliki potensi migas. Adapun 12 wilayah potensial tersebut terdiri dari North Sumatra, Central Sumatra, South Sumatra, NE Jave-Makassar Strait, Tarakan Offshore, Kutai Offshore, Makassar Strait Area, Buton Offshore, Timor-Tanimbar-Semai, Northern Papua, Bird's Body, dan Warim.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan pihaknya bersama Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM tengah memproses joint study di 12 wilayah potensial. Setelah mendapatkan data migas yang cukup, 12 wilayah tersebut bakal ditawarkan kepada investor.
Jika ada investor yang tertarik, investor bisa memulai kegiatan survei seismik hingga pengeboran sumur eksplorasi mendapatkan cadangan migas baru. "Semuanya sedang berproses. Nanti kita lihat hasilnya satu hingga dua tahun lagi. Ini masih menjanjikan, joint study masih dengan teman-teman Dirjen Migas," ujar Julius kepada Katadata.co.id, Jumat (3/7).
(Baca: Menteri ESDM Ingin Genjot Eksplorasi, Anggarannya Hanya Rp 104 Miliar)
(Baca: Lifting Migas Anjlok, SKK Migas Tetap Targetkan 1 Juta Barel Minyak)
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto sebelumnya mengatakan potensi migas di Indonesia masih cukup besar. Pihaknya pun terus berupaya mendorong kegiatan eksplorasi.
Salah satunya dengan menawarkan 12 area potensial untuk dieksplorasi oleh investor. "Termasuk Papua ada 10, dan plus dua fokus deep water," ujar Dwi dalam diskusi secara virtual, Kamis (2/7).
Di sisi lain, Kementerian ESDM telah menetapkan aturan pembukaan data migas. Beleid tersebut diharapkan memudahkan investor melihat potensi migas di Indonesia. Sehingga investor tertarik eksplorasi blok-blok migas di Tanah Air.
Selain itu, pihaknya bakal berupaya menekan laju penurunan produksi secara alamiah untuk mencapai produksi 1 juta barel minyak. Kemudian, SKK Migas bakal mempercepat pengembangan blok eksplorasi menjadi produksi dengan memberikan insentif kepada para Kontraktor Kontrak Kerja Sama atau KKKS.
"Kami terus laksanakan analisa kerja sama dengan pihak ketiga melihat adanya potensi di wilayah kerja, KKKS percepat agar potensi itu bisa segera diproduksi," ujarnya.
Terakhir, SKK Migas bakal mempercepat penggunaan teknologi pengurasan sumur minyak atau Enhanced Oil Recovery (EOR). Dirinya berharapa upaya tersebut bisa segera dilaksanakan, terutama di Blok Rokan. Dengan begitu, produksi minyak Indonesia bisa meningkat.
Pasalnya, lifting minyak Indonesia terus turun dalam beberapa tahun terakhir. Kementerian ESDM bahkan hanyak mengusulkan lifting minyak sebesar 690-710 ribu barel per hari (bopd) dalam RAPBN 2021. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan target awal lifting minyak pada tahun ini sebesar 755 bopd.
(Baca: Serapan PLN Rendah, Lifting Gas Mei 2020 Hanya 5.253 MMSCFD)