Pengusaha Minta Pemerintah Lobi Tiongkok & India soal Ekspor Batu Bara
Industri batu bara dalam negeri menghadapi sejumlah tantangan akibat selama pandemi corona. Salah satunya berupa, menurunnya permintaan batu bara dari dua pasar utama seperti Tiongkok dan India.
Kendala ini dikarenakan kebijakan dari kedua negara yang saat ini lebih mendukung penguatan industri batu bara di pasar domestik.
Namun, pelaku usaha tambang batu bara meyakini peluang ekspor ke negara tujuan tersebut masih bisa ditingkatkan bila mendapat dukungan dari pemerintah. Alhasil, pengusaha pun berharap pemerintah Indonesia dapat melobi kedua negara agar kembali memberi akses kuota ekpsor.
"APBI dan IMA melakukan upaya dengan pemerintah. Kita berkoordinasi dengan Dubes Indonesia di Tiongkok untuk memberikan akses lebih ekspor," kata dia dalam diskusi secara virtual, Juamt (14/8).
Apalagi menurut dia, hubungan diplomatik dengan Tiongkok telah terjalin selama 70 tahun. Selain itu, Indonesia dinilai mempunyai kedekatan secara historis dengan India.
"Dalam kondisi krisis ada peluang. Demand Tiongkok dan India dan sektor pertambangan sangat terkait dengan kebijakan tapi juga kebijakan negara tujuan ekspor kita," ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral atau ESDM mencatatkan realisasi ekspor batu bara Indonesia hingga Juni masih melemah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini dikarenakan, pandemi corona ikut mempengaruhi permintaan komoditas emas hitam tersebut.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu bara Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM Sujatmiko, mengatakan volume ekspor batu bara periode Januari hingga Mei 2020 menurun 10% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 193,82 juta ton.
Sementara, hingga Mei 2020 realisasi volume ekspor batubara Indonesia mencapai 175,15 juta ton dengan nilai sebesar US$ 7,77 miliar. "Ekspor sampai Mei 175,15 juta ton," ujar dia
Tak hanya dari volume, nilai ekspor periode Januari hingga Mei 2020 turun 18 % dibandingkan realisasi ekspor pada periode yang sama di tahun 2019 yang mencapai US$ 9,46 miliar.
Adapun penurunan kinerja ekspor disebabkan oleh berkurangnya permintaan batu bara dari negara pengguna serta anjloknya harga jual harga akibat pandemi Covid-19 dan rendahnya harga minyak di pasar global.
Harga batu bara acuan pada Agustus 2020 tercatat sebesar US$ 50,34 per ton, turun 3,5% dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 52,16 per ton.