Industri Hulu Migas RI Dipandang Tak Menarik Bagi Investor

Katadata
Ilustrasi. Indonesia dianggap bukan surga investasi dan eksplorasi migas yang menarik bagi investor.
29/9/2020, 13.23 WIB

Pemerintah Genjot Eksplorasi Migas

Di tengah berbagai persoalan di industri hulu migas, pemerintah terus menggeber investasi dan eksplorasi. Menteri ESDM Arifin Tasrif meyakini, minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia masih menjadi barang penting dalam beberapa tahun ke depan.

Namun, hal itu semestinya diimbangi dengan kemampuan produksi guna menekan impor. "Mulai awal 2000an, sumber migas kita sudah menurun sampai sekarang hanya bisa memproduksi sekitar 700 ribu barel per hari (BPH)," ujar dia pekan lalu.

Pemerintah menggenjot kegiatan eksplorasi migas nasional karena hakulyakin masih banyak potensi yang belum digarap. "Kita punya 128 cekungan (migas) yang masih ada 68 cekungan lagi belum dieksplorasi untuk mengurangi ketergantungan impor kita ke depan," ungkap Arifin.

Indonesia mulai mengalami defisit neraca minyak sejak 2003 dan kian melebar setiap tahunnya seperti terlihat pada grafik Databoks di bawah ini.

Pada 2018, defisit neraca minyak nasional meningkat 13,79% menjadi 977 ribu barel per hari dibandingkan tahun sebelumnya. Melebarnya defisit minyak tersebut dipicu oleh kenaikan konsumsi minyak sebesar 5,24% menjadi 1,79 juta barel per hari diikuti turunnya produksi sebesar 3,52% menjadi 808 ribu barel per hari.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan