Harga Minyak Terus Naik Dipicu Prospek Positif Ekonomi AS dan Tiongkok

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Kilang Minyak Putri Tujuh milik Pertamina UP II Dumai. Harga minyak mentah dunia terus merangkak naik seiring pemulihan ekonomi Tiongkok dan Amerika Serikat.
Penulis: Happy Fajrian
14/4/2021, 09.03 WIB

Harga minyak naik pada awal perdagangan Rabu (14/4) melanjutkan relinya pada perdagangan kemarin didukung tanda-tanda pemulihan ekonomi yang kuat di Tiongkok dan Amerika Serikat. Sentimen ini telah menopang kenaikan harga minyak dunia selama sepekan terakhir.

Turunnya persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang lebih dalam dari perkiraan serta proyeksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terkait permintaan minyak yang lebih tinggi turut menopang kenaikan harga.

Minyak mentah berjangka Brent naik US$ 28 sen, atau 0,4% menjadi US$ 63,95 per barel pada 0057 GMT, setelah sehari sebelumnya naik US$ 39 sen. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik US$ 28 sen, atau 0,5% menjadi US$ 60,46 per barel, menambah kenaikan hari Selasa sebesar US$ 48 sen.

Pemulihan ekonomi Tiongkok tercermin dari pertumbuhan ekspor yang tinggi pada Maret 2021 di tengah meningkatnya permintaan global sejalan dengan kemajuan vaksinasi Covid-19. Pertumbuhan impor Negeri Panda melonjak ke level tertinggi dalam empat tahun.

Ini menyebabkan impor minyak mentah ke Tiongkok melonjak 21% pada Maret dari titik terendah tahun sebelumnya, seiring peningkatan operasi kilang-kilang minyak di sana.

Namun reli kenaikan ini dibatasi kekhawatiran atas tersendatnya peluncuran vaksin virus corona di seluruh dunia serta melonjaknya infeksi Covid-19 di India dan Brasil. Johnson & Johnson menyatakan menunda peluncuran vaksin Covid-19 di Eropa dan sedang menyelidiki kasus pembekuan darah yang sangat langka yang ditemukan di AS.

Badan Kesehatan Federal AS merekomendasikan untuk menghentikan penggunaan vaksin tersebut karena enam wanita di bawah usia 50 tahun mengalami pembekuan darah yang langka setelah menerima suntikan.

Namun demikian, kemarin OPEC mengubah perkiraannya terkait pertumbuhan permintaan minyak dunia tahun ini. Permintaan minyak tahun ini diperkirakan naik 5,95 juta barel per hari (bph) atau lebih tinggi 70 ribu bpd pada proyeksi sebelumnya bulan lalu.

Proyeksi ini seiring dengan harapan meredanya pandemi dan pelonggaran pembatasan perjalanan. "Prognosis itu disambut baik oleh pasar yang mengkhawatirkan dampak pandemi terhadap permintaan," kata analis ANZ Research seperti dikutip Reuters.

Data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan stok minyak mentah turun 3,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 9 April, dibandingkan dengan perkiraan penurunan sekitar 2,9 juta barel. Hal ini turut menopang harga minyak lebih lanjut.

Meski demikian, pelaku pasar masih menunggu rilis resmi data persediaan minyak AS dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pada hari ini.

Penguatan pasar juga dibatasi kekhawatiran peningkatan produksi minyak AS dan meningkatnya pasokan dari Iran pada saat OPEC dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC +, akan menambah pasokan mulai Mei. "Mereka mungkin harus bersaing dengan meningkatnya pasokan AS," kata analis ANZ.

EIA mengatakan minggu ini produksi minyak dari tujuh formasi serpih utama diharapkan naik 13.000 bph pada Mei menjadi 7,61 juta bph.