Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ) menyatakan terus melakukan perawatan berkala di area fasilitas produksi minyak dan gas bumi (migas). Pernyataan ini merespons peristiwa terulangnya lagi kebocoran pipa yang menyebabkan tumpahan minyak Blok ONWJ. Tumpahan itu kemudian mengotori perairan Karawang, Jawa Barat.
Corporate Secretary Subholding Upstream Pertamina Whisnu Bahriansyah menjelaskan, pasca ditemukannya lokasi kebocoran minyak, PHE ONWJ langsung menutup aliran minyak serta mengisolasi area kebocoran, sehingga tumpahan minyaknya tidak meluas.
Selanjutnya PHE ONWJ memperbaiki kebocoran dengan memasang clamp, lalu memastikan pipa yang bocor sudah benar-benar tertutup dengan melakukan leak test yang dimonitor oleh remote operated vehicle (ROV) dan dipantau menggunakan kapal.
"PHE ONWJ melakukan perawatan aset secara berkala dan itu sudah menjadi bagian dari standard operating procedure (SOP) untuk memastikan fasilitas produksi tetap andal dan aman," kata Whisnu kepada Katadata.co.id, Jumat (30/4).
Menurutnya operasional industri hulu migas memiliki risiko tinggi. Oleh sebab itu perusahaan sangat memperhatikan pemeliharaan aset. Namun ada banyak faktor, baik yang dapat dikontrol maupun tidak, seperti faktor alam, yang menambah risiko tersebut.
Whisnu mengatakan PHE akan berupaya menekan risiko seminimal mungkin dengan menjalankan langkah langkah pemeliharaan aset, SDM yang memiliki kualifikasi, dan menjalankan operasi secara aman.
"PHE ONWJ melakukan pencatatan kejadian operasi, melakukan evaluasi dan melakukan perbaikan untuk jalannya operasional berikutnya," ujarnya.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai insiden Pertamina lebih pada keteledoran dan perawatan yang kurang.
"Adanya kejadian beruntun seperti tumpahan minyak Blok ONWJ dan kebakaran kilang Balongan mengindikasikan bahwa Pertamina abai dan menyepelekan tentang penyelamatan fasilitas vital. Perlu audit reguler terhadap sistem pengamanan Pertamina oleh Kementerian ESDM," kata dia.
Direktur eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menilai kebocoran pipa minyak di Blok ONWJ lantaran banyak peralatan yang sudah berumur. Salah satunya yaitu pipa flowline. Maka untuk mencegah terjadi kebocoran lagi, yang paling penting adalah dengan melakukan perawatan yang maksimal.
"Meskipun sudah menggunakan skema gross split, saya kira PHE ONWJ jangan mengesampingkan faktor perawatan dan faktor keamanan," ujarnya. Pasalnya jika terjadi kebocoran serupa, maka biayanya akan jauh lebih besar lagi dari sisi dampaknya.
Sebelumnya Manager Communications Relations & CID PHE ONWJ Hari Setyono mengatakan bahwa upaya pembersihan perairan Karawang dari dampak tumpahan minyak terus dilakukan. Salah satunya dengan menggunakan movable oil boom sepanjang 600 meter serta mengoperasikan 4 unit skimmer.
Selain itu, PHE juga melibatkan tiga belas unit kapal pendukung dan 146 kapal nelayan untuk memantau sisa tumpahan minyak di laut. "Kapal nelayan ini merupakan buah dari kerja sama yang terjalin baik dengan nelayan di sekitar area operasi,” ujar Hari.
PHE juga secara paralel memeriksa sampel ceceran minyak di laboratorium untuk memastikan karakteristiknya dan berkoordinasi dengan stakeholders terkait untuk memastikan keberlanjutan penyisiran sisa tumpahan minyak ini.
Upaya pembersihan juga dilakukan di darat dan di perairan dangkal sekitar area Sungai Buntu, Cemara Jaya, Sedari, Dobolan, Pasir Putih, Pantai Bungin, Pulau Untung Jawa, Pulau Lancang, Pulau Rambut, dan Pulau Bokor.
Juga melakukan pemantauan menggunakan kapal security dan udara atau fly over di Pantai Edam, Pantai Anyer, dan kapal Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) Jawa Barat. "Kami akan sigap dalam penanganan tumpahan minyak ini dan menggandeng stakeholders terkait dalam pelaksanaannya," kata dia.
Pipa minyak Pertamina di laut Karawang kembali mengalami kebocoran pada Rabu (21/4). Proses pembersihan yang memerlukan waktu membuat terjadi tumpahan minyak yang mengotori laut dan pantai di Karawang selama berhari-hari. Adapun insiden kebocoran pertama terjadi pada 2019 lalu di sumur YYA-1 Blok ONWJ.
Ketika itu tumpahan minyak Blok ONWJ mencemari perairan dan pantai di tujuh kota dan kabupaten di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Tujuh kota/kabupaten tersebut yaitu Karawang, Bekasi, Kepulauan Seribu, Kabupaten Serang, Kota Serang, Tangerang, dan Kota Cilegon.