Bos MIND ID Ungkap Potensi Logam Tanah Jarang dan Pengembangannya

ANTARA FOTO/Anindira Kintara/Lmo/wsj.
Ilustrasi logam tanah jarang.
31/8/2021, 19.01 WIB

Pembahasan mengenai besarnya potensi rare earth element (REE) alias logam tanah jarang (LTJ) sebagai harta karun langka di Indonesia terus bergulir. Namun hingga kini belum ada kejelasan rencana pengembangannya.

Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan potensi LTJ di Indonesia cukup sering dibahas. Potensinya pun digadang-gadang cukup besar, namun sesuai namanya bahwa jenis mineral ini masih jarang keberadaannya.

"Namanya juga logam tanah jarang, ya memang jarang. Sering dibahas, barangnya sendiri jarang. Kalau di dalam negeri kita selama ini pembahasannya itu ada di PT Timah," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (31/8).

Menurut Orias keberadaan LTJ di tanah air memang masih sangat langka. Pasalnya, LTJ ini hanyalah mineral ikutan dari mineral utama seperti timah. Sehingga volumenya tidak sebesar apa yang dibayangkan kebanyakan orang selama ini.

Meski begitu, tidak menutup kemungkinan MIND ID membuka kerja sama dengan negara lain untuk mencari keberadaan mineral langka tersebut. Bahkan bukan hanya LTJ saja, namun juga komoditas yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut.

"Di luar negeri kami dibantu dubes-dubes RI untuk potensi kerja sama, di Laos, Nigeria, Maroko, potensi kerja sama yang kami manfaatkan kedutaan kita. Jadi bukan rare earth, ini secara umum," katanya.

Indonesia disebut mempunyai potensi besar LTJ. Komoditas tambang ini memiliki peran strategis dalam pengembangan industri pertahanan berteknologi tinggi di Tanah Air.

Pemanfaatannya di Indonesia mulai santer terdengar ketika Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan pertemuan pada awal Juli lalu. Keduanya membicarakan mengenai potensi logam tanah jarang yang dapat dimaksimalkan.

Kepala Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) Batan, Yarianto Sugeng Budi Susilo, mengatakan pemerintah telah membuat kelompok kerja dalam mengembangkan LTJ. Termasuk dalam lingkup pekerjaannya adalah menginventarisasi dan eksplorasi sumber daya serta cadangan LTJ.

Dalam pokja tersebut, Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (PSDMBPB) Kementerian ESDM bertindak sebagai koordinator. Logam tanah jarang biasanya ditemukan dalam mineral fosfat monasit dan xenotime.

Berdasarkan data dari PSDMBPB sumber daya bijih monasit berkisar 7 miliar ton. Untuk logam tanah jarangnya mencapai 191,2 ribu ton. Persebaran monasit terbanyak berada di sekitar sumber timah, dari Kepulauan Riau hingga Bangka Belitung.

Data sumber daya dan cadangan izin usaha pertambangan (IUP) dan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) milik Timah, paling tidak ada sekitar 22 ribu ton monasit yang tersimpan dengan baik. Kandungan logam tanah jarang dari monasit itu mencapai 60%.

Kegiatan eksplorasi rare earth, selain di daerah sumber timah alias tin belt, dilakukan juga di Provinsi Riau, Tapanuli Utara (Sumatera Utara), Ketapang dan Bengkayang (Kalimantan Barat), Banggai (Sulawesi Tengah), dan Mamuju (Sulawesi Barat).

Namun, secara keseluruhan belum dapat ditentukan sumber daya dan cadangan logam tanah jarang di Indonesia. "Kegiatan eksplorasi masih perlu dilaksanakan secara intensif dan sistematis untuk mendapatkan data sumber daya dan cadangan," kata Yarianto kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.

Reporter: Verda Nano Setiawan