Harga Batu Bara Tembus US$ 150/Ton Didorong Permintaan Tinggi Tiongkok

ANTARA FOTO/Aji Styawan
Ilustrasi. Harga batu bara pada September naik US$ 19,04 per ton dibandingkan HBA Agustus 2021 sebesar US$ 130,99 per ton.
Editor: Agustiyanti
7/9/2021, 08.04 WIB

PT Adaro Energy Tbk optimistis permintaan batu bara untuk sektor kelistrikan masih memiliki prospek cerah sekalipun dunia tengah bertransisi menuju energi baru terbarukan (EBT). Pasalnya, banyak proyek PLTU di Asia yang saat ini masih dalam tahap konstruksi.

Sekretaris Perusahaan Adaro Mahardika Putranto menyadari aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan dan target netral karbon akan berpengaruh pada permintaan batu bara secara global. Namun dengan banyaknya PLTU yang masih dibangun, tingkat permintaan batu bara masih akan tetap tinggi.

"Dengan kebutuhan listrik dan baja yang masih naik seiring naiknya pertumbuhan ekonomi, peningkatan batu bara masih akan solid dan batu bara masih akan mendominasi negara negara Asia," ujarnya, dalam paparan publik secara virtual, Senin (6/9).

Ia mencontohkan kondisi di Vietnam. Aktivitas impor batu bara oleh negara tersebut dipekirakan akan terus mengalami kenaikan karena masih ada 7,3 gigawatt (GW) PLTU baru yang akan beroperasi hingga 2025. Sementara, di Indonesia kapasitas terpasang PLTU saat ini telah mencapai 27 GW, dan masih akan bertambah sebesar 15 GW.

Rencana Tiongkok untuk menggenjot gas dan energi terbarukan dalam kelistrikan, menurut dia, juga kemungkinan tidak terlalu signifikan menurunkan permintaan batu bara. Simak negara-negara dengan kapasitas PLTU terbesar di dunia pada databoks berikut:

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan