Krisis Energi Dunia Meluas, Pembangkit Listrik Libanon Mati Total

ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Ilustrasi pembangkit listrik.
Penulis: Happy Fajrian
11/10/2021, 13.16 WIB

Penduduk Libanon selama bertahun-tahun sudah harus berhadapan dengan pemadaman listrik yang dapat berlangsung selama 3-6 jam. Umumnya mereka mengandalkan generator milik sendiri untuk pasokan listrik, namun semakin terkendala dengan ketatnya pasokan.

Namun seiring nilai tukar yang terus terdepresiasi, pemerintah secara bertahap menaikkan harga bahan bakar dan solar karena bank sentral mengurangi subsidi nilai tukar untuk impor. Simak databoks berikut:

Pasokan listrik yang tidak menentu membuat rumah sakit dan sejumlah layanan penting lainnya beroperasi dalam mode krisis. Negara ini pun semakin bergantung pada operator swasta yang juga tengah berjuang mengamankan pasokan bahan bakar di tengah anjloknya nilai tukar.

Électricité du Liban, perusahaan listrik yang menyumbang 90% produksi listrik dan distribusinya di negara ini mengatakan bahwa matinya pembangkit listrik pada Sabtu menyebabkan pasokan listrik turun di bawah level 270 megawatt.

Untuk mengatasi masalah listrik ini, bank sentral Libanon dilaporkan telah menyetujui fasilitas pembiayaan sebesar US$ 100 juta atau lebih Rp 1,42 triliun untuk mengimpor bahan bakar untuk pembangkitan listrik.

Walaupun sektor energi Libanon telah banyak menghabiskan uang negara selama beberapa dekade terakhir. Sebagian besar utang pemerintah pun bersumber dari perusahaan ini untuk mengamankan pasokan bahan bakar.

Perusahaan listrik di negara ini membukukan kerugian tahunan hingga US$ 1,5 miliar dan merugikan negara lebih dari US$ 40 miliar selama beberapa dekade terakhir.

Halaman: