Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara terbesar di Australia berkapasitas 2.880 megawatt (MW) atau 2,88 gigawatt (GW) yang dikelola oleh Origin Energy akan dipensiunkan pada 2025. Hal ini tujuh tahun lebih awal dari yang direncanakan sebelumnya.
Perusahaan energi yang berbasis di New South Wales, Australia, tersebut akan mengganti PLTU batu bara Eraring dengan fasilitas baterai berkapasitas hingga 700 MW. Sebagian besar akan dibangun sebelum PLTU tersebut dipensiunkan.
PLTU batu bara dinilai semakin tidak ekonomis dan merugikan perusahaan karena harga listrik dari pembangkit energi baru terbarukan seperti surya dan angin, ditambah dengan teknologi baterai semakin murah.
“Kenyataannya ekonomi pembangkit listrik tenaga batu bara berada di bawah tekanan yang meningkat oleh pembangkit listrik yang lebih bersih dan berbiaya rendah, termasuk tenaga surya, angin, dan baterai,” kata CEO Origin Energy Frank Calabria, dikutip dari Reuters pada Jumat (18/2).
Pada saat yang sama, pemerintah negara bagian New South Wales mengatakan bahwa pihaknya akan bekerja dengan operator jaringan untuk membangun baterai 700 MW terpisah untuk membantu membebaskan kapasitas pada sistem transmisi listrik milik negara bagian.
"Apa yang kami fokuskan adalah memastikan bahwa kami memiliki kapasitas terukur yang cukup kuat dalam sistem untuk dapat menyalakan lampu dan menekan harga listrik," kata bendahara negara bagian New South Wales, Matthew Kean.
Calabria mengatakan Origin yakin bahwa rencana yang diumumkan untuk pembangkit listrik berbahan bakar gas baru, pompa air dan baterai akan lebih dari cukup untuk mengkompensasi penutupan PLTU batu bara yang berlokas sekitar 120 km di utara kota Sydney.
Baik Origin maupun pemerintah negara bagian New South Wales tidak memberikan perkiraan biaya untuk pembangunan fasilitas baterai mereka.
Rencana pensiun dini PLTU Eraring yang dioperasikan Origin Energy membuat pemerintah Federal Australia terkejut, terutama Menteri Energi Angus Taylor. Pasalnya, ia merasa disisihkan dalam keputusan besar yang dapat mempengaruhi sistim kelistrikan Australia.
Dia mengatakan tidak mengetahui tentang keputusan Origin Energy untuk menutup PLTU terbesar di Australia tujuh tahun lebih awal dari yang dijadwalkan hingga malam sebelumnya. "Untuk mengetahuinya tadi malam tanpa peringatan sangat mengecewakan," kata Taylor seperti dikutip The Guardian.
Dua perusahaan energi Australia lainnya, yakni AGL dan Energy Australia, juga mengumumkan akan mempercepat penutupan dua PLTU batu bara terbesarnya dalam beberapa tahun ke depan, salah satunya termasuk PLTU dengan tingkat emisi tertinggi di negara tersebut.
Ketiga perusahaan tersebut mengalami penurunan pendapatan dari pembangkit batubara dalam beberapa tahun terakhir karena energi terbarukan yang lebih murah menekan harga listrik.
Batu bara masih memasok 60% listrik Australia, menjadikannya salah satu negara penghasil karbon per kapita tertinggi di dunia. Sementara Energi terbarukan menyumbang sekitar sepertiga (33%) dan diperkirakan mendekati 70% pada akhir dekade ini.
Meski begitu, Australia tidak termasuk dalam jajaran negara dengan kapasitas PLTU terbesar di dunia. Bahkan kapasitas PLTU Indonesia masih lebih besar. Simak databoks berikut: