Perang Rusia – Ukraina Bisa Picu Krisis Energi, Harga Gas Melejit 65%

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi pipa gas.
Penulis: Happy Fajrian
24/2/2022, 17.13 WIB

Harga gas acuan Eropa, Dutch Title Transfer Facility (TTF) melambung ke level € 120 per kilowatt jam (kwh) pada perdagangan intraday hari ini, Kamis (24/2), naik 35% dibandingkan penutupan Rabu (23/2) di € 88,89 per kwh.

Kenaikan harga sumber energi vital dan bahan bakar pembangkit di Uni Eropa ini dipicu kekhawatiran konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina akan semakin melemahkan pasokan. Sepanjang pekan ini harga gas acuan Eropa telah naik lebih dari 65% dari level € 72,56 per kwh pada Senin (21/2).

Presiden Rusia Vladimir Putin sebenarnya telah menegaskan pada awal pekan ini bahwa dia tidak akan mengurangi atau mematikan aliran gas ke Eropa. Namun pengerahan pasukan dan perkembangan terbaru di Ukraina meningkatkan risiko terhadap infrastruktur gas Ukraina yang penting bagi Eropa.

“Pemerintah (Ukraina) kemungkinan harus menutup sebagian atau bahkan semua jaringan (gas)nya untuk alasan keamanan jika terjadi perang,” kata CEO perusahaan gas negara Ukraina Yuriy Vitrenko beberapa minggu sebelum Rusia melancarkan aksi militernya, seperti dikutip The Wall Street Journal.

Ia menambahkan bahwa di zona perang, pipa gas bertekanan tinggi dapat menyebabkan ledakan yang menghancurkan seluruh kota.

Analis dari ClearView Energy Partners juga mengatakan bahwa Putin bisa saja memangkas aliran gas ke Eropa sebagai balasan terhadap sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS), dengan berbagai macam dalih seperti pemeliharaan fasilitas, kerusakan akibat perang, atau serangan maya dunia barat.

The Wall Street Journal melaporkan bahwa aliran gas ke Eropa melalui Ukraina, yang memiliki jaringan pipa yang dibangun pada era Uni Soviet, masih stabil pada Kamis pagi. Meskipun harga melonjak merespon aksi militer yang dilancarkan Rusia. Simak databoks berikut:

Naiknya harga gas Eropa mempengaruhi pasar lebih jauh dengan pengalihan pasokan dan menaikkan harga di tempat lain. Di Inggris misalnya, harga gas naik 23%, sedangkan harga gas AS naik 6,5% menjadi US$ 4,92 per juta British thermal unit (mmBtu).

Dalam beberapa bulan terakhir raksasa energi Rusia, Gazprom, telah memenuhi kontrak pengiriman gasnya ke Eropa, namun tidak meningkatkan alirannya seperti yang dijanjikan Putin untuk mengendalikan lonjakan harga gas.

Rusia merupakan pemasok gas, minyak mentah, dan batu bara terbesar Eropa. Gas Rusia memenuhi sekitar 38% dari kebutuhan Benua Biru pada 2020.

Otoritas AS dan Eropa tunggang langgang dalam beberapa pekan terakhir untuk mencari alternatif pasokan jika Rusia memutus aliran energinya. Eropa bersiap mengimpor minyak dan gas melalui pipa dari Norwegia, Azerbaijan, dan Aljazair, serta berencana melepas cadangan gas strategis Italia.

Namun, para analis mengatakan bahwa mustahil dan butuh biaya besar untuk mencari pengganti pasokan dari Rusia jika Putin mematikan aliran gas, minyak dan batu bara. Distribusi terminal LNG yang tidak merata di Eropa menimbulkan masalah tambahan.

“Sepertiga dari kapasitas impor LNG Eropa berada di Spanyol dan Portugal. Selanjutnya 24% ada di Inggris,” kata analis di S&P Global Platts.

Namun negara yang paling terdampak konflik Rusia – Ukraina adalah Jerman. Sebab nilai perdagangan internasional Jerman – Rusia naik dua kali lipat di saat banyak negara Eropa lainnya mencoba untuk melepaskan ekonomi mereka dari pasar energi Rusia setelah Moskow memotong pasokan ke Ukraina awal abad ini.

Keputusan Jerman untuk membekukan proyek pipa gas Nord Stream 2, yang sejatinya didesain untuk mengalirkan gas lebih banyak ke Eropa, juga berpotensi menjadi bumerang bagi Eropa.