Harga minyak dunia turun tajam pada Rabu (9/3), terbesar dalam hampir dua tahun terakhir. Ini terjadi setelah anggota OPEC, Uni Emirat Arab menyatakan akan memompa lebih banyak minyak ke pasar yang tengah bergolak akibat sanksi terhadap Rusia atas invasi Ukraina.
Harga minyak berjangka Brent turun US$ 16,84, atau 13,2%, menjadi US$111,14 per barel, penurunan satu hari terbesar sejak 21 April 2020. Sementara harga minyak berjangka AS berakhir turun US$ 15,44, atau 12,5%, pada US$ 108,70, penurunan harian terbesar sejak November.
"Kami mendukung peningkatan produksi dan akan mendorong OPEC untuk mempertimbangkan tingkat produksi yang lebih tinggi," kata Duta Besar Yousuf Al Otaiba dalam sebuah pernyataan yang di-tweet oleh Kedutaan Besar UEA di Washington pada Rabu (9/3), seperti dikutip dari Reuters.
UEA dan tetangganya, Arab Saudi, termasuk di antara sedikit anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dengan kapasitas cadangan yang dapat meningkatkan produksi. Amerika Serikat telah meminta produsen minyak di seluruh dunia untuk meningkatkan produksinya.
"Pada saat krisis ini, kita membutuhkan lebih banyak pasokan," kata Menteri Energi AS Jennifer Granholm kepada hadirin di sebuah acara industri di Houston.
Pasokan tambahan dari OPEC dapat mengkompensasi beberapa kekurangan pasokan yang disebabkan oleh gangguan terhadap penjualan minyak Rusia oleh sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan pemerintah lainnya.
"Itu bukan apa-apa. UEA mungkin dapat memasok sekitar 800.000 barel ke pasar dengan sangat cepat, bahkan segera untuk menggantikan pasokan Rusia," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Pernyataan OPEC telah berubah dibandingkan pekan lalu. Kelompok dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+ sempat menyalahkan lonjakan harga pada geopolitik daripada kurangnya pasokan dan memutuskan untuk tidak meningkatkan produksi lebih cepat.
OPEC+, yang mencakup Rusia, telah menargetkan peningkatan produksi 400.000 barel per hari setiap bulan, dan telah menolak permintaan dari Amerika Serikat dan negara-negara konsumen lainnya untuk memompa lebih banyak.
Rusia adalah pengekspor minyak mentah dan bahan bakar utama dunia, mengirimkan sekitar 7 juta barel per hari atau 7% dari pasokan global.
Harga minyak telah jatuh selama sesi setelah Badan Energi Internasional Amerika mengatakan cadangan minyak mentah dapat dimanfaatkan lebih lanjut. "Jika ada kebutuhan, jika pemerintah memutuskan demikian, kita dapat membawa lebih banyak minyak ke pasar, sebagai salah satu bagian dari tanggapan," kata Kepala IEA Faith Birol.
Birol mengatakan keputusan IEA pekan lalu untuk melepaskan 60 juta barel minyak dari cadangan strategis adalah respons awal. Tingkat cadangan minyak strategis AS turun minggu lalu ke level terendah sejak Juli 2002. Pemerintahan Biden telah menyetujui pelepasan pada November sebagai bagian dari upaya yang lebih besar untuk meningkatkan pasokan bahan bakar AS.