Indonesia berpeluang mengembangkan teknologi Carbon Capture, Utilizaton, and Storage (CCUS) di beberapa pertambangan. Saat ini teknologi CCUS diterapkan dalam 10 proyek pertambangan yang mulai berproduksi (onstream). Tujuannya untuk menekan emisi karbon.
Manager ITB Center of Excellence for CSS and CCUS, Mohammad Rachmat Sule, mengatakan penerapan teknologi CCUS yang perlu ditingkatkan yakni pengangkutkan dan penyediaan sumur injeksinya. "Karena yang akan diinjeksikan itu adalah CO2 yang bisa menyebabkan korosif dan pipanya itu harus tahan korosif,” kata Rachmat dalam diskusi daring bertajuk Membedah Nilai Keekonomian Teknologi Penyimpanan Karbon untuk Sektor Energi pada Selasa (26/4).
Sepuluh proyek pertambangan yang sudah menerapkan CCUS, yakni, pertama, proyek Tangguh EGR/CCUS yang dikerjakan oleh BP Berau dengan target onstream pada 2026. Proyek ini memiliki potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 25 juta ton selama 10 tahun.
Kedua, proyek Gundih CCUS/CO2-EGR yang dikerjakan oleh sejumlah perusahaan seperti Pertamina CoE ITB, dan J-Power. Proyek yang akan onstream pada 2026 ini memiliki potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 2 juta ton selama 10 tahun.
Ketiga, proyek Sukowati CO2-EOR yang dikerjakan oleh Pertamina, Lemigas, Japex dan METI Japan. Proyek yang memiliki potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 14 juta ton selama 15 tahun ini akan melakukan uji pilot pada 2026 hingga 2027.
Keempat, proyek CSS Sukakemang yang dikerjakan oleh Repsol Sukakemang. Proyek CCUS ini rencananya akan onstream pada 2027 dengan potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 30 juta ton selama 15 tahun.
Kelima, proyek Abadi CCUS yang digarap oleh Inplex Masela yang memiliki potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 70 juta ton. Adapun proyek ini belum dapat dikabarkan kapan bisa onstream.
Keenam, proyek CSS Join Study for Clean Fuel Ammonia Production in Central Sulawesi yang dikerjakan oleh PT Panca Amara Utama, JOGMEG, Mitsubishi, dan ITB. Proyek ini akan onstream pada 2025 dengan potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 10 juta ton selama 20 tahun.
Ketujuh, proyek East Kalimantan CSS yang dikerjakan oleh PT Kaltim Parna Industri dan ITB. Proyek dengan potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 10 juta ton selama 10 tahun ini akan onstream pada 2027.
Kedelapan, proyek Study of CCUS for Coal to DME yang digarap oleh PT Pertamina Persero yang memiliki potensi penyimpanan emisi CO2 sebesar 13 juta ton sampai 65 juta ton CO2 selama 20 tahun. Proyek ini belum diketahui kapan mulai onstream
Kesembilan, proyek Arun CSS yang dikerjakan oleh ODIN Reservoir Consultans & PEMA yang dijadwalkan onstream pada 2028. Adapun potensi penyimpanan emisi CO2 belum diketahui. Kesepuluh ada proyek Ramba CCUS garapan PT Pertamina yang bakal onsream pada 2030. Adapun potensi penyimpanan emisi CO2 belum diketahui.
Rachmat menyadari bahwa penerapan teknologi CCUS memerlukan biaya yang besar, sehingga pendanaan perlu dicari dari luar negeri. “Kami studi 2012, pendanaan dari luar negeri entah itu dari lomba kompetisi atau tawaran dari Pemerintah Jepang selama 5 tahun lalu dari Pemerintah Norwegia, dan Asian Development Bank,” kata dia.
Adapun aturan mengenai penerapan CCUS di Indoensia, ujar Rachmat, pihaknya telah mengirimkan draf Peraturan Menteri yang sudah dikoordinasikan sejak September 2021. “Dan selesai pada bulan lalu, karena regulasinya sudah dibuatkan sampai tahap penggodokan dan harmonisasi di Kementerian ESDM,” ujar Rachmat.