Singapura Ekspor 10 Juta Ton BBM ke RI Meski Tak Punya Ladang Minyak

Pixabay
Singapura mengekspor lebih dari 10 juta ton BBM ke Indonesia meskipun tak memiliki sumur minyak.
Penulis: Happy Fajrian
24/5/2022, 17.33 WIB

Indonesia adalah negara pengimpor bersih (net importer) minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang terus meningkat di dalam negeri. Meskipun di saat yang sama Indonesia juga masih mengekspor minyak mentah.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor minyak mentah paling banyak dari Arab Saudi. Tahun lalu volume impor minyak mentah dari negara produsen minyak terbesar dunia tersebut mencapai 4,4 juta ton.

Yang menarik, impor produk minyak olahan, termasuk di dalamnya BBM, terbesar Indonesia bukan dari Arab Saudi, melainkan Singapura, yakni mencapai 10,3 juta ton pada tahun yang sama. Padahal Singapura merupakan negara kecil yang tidak memiliki sumber minyak seperti Arab Saudi. Simak databoks berikut:

Data BPS menunjukkan Indonesia telah menjadi net importir minyak sejak 2004. Ketika itu volume impor minyak mentah dan produk olahan minyak mencapai 30,3 juta ton sedangkan ekspornya mencapai 34,9 juta ton, sehingga terjadi defisit 4,6 juta ton.

Secara nilainya, neraca perdagangan minyak dan gas (migas) Indonesia mulai mengalami defisit pada Agustus 2005, yakni senilai US$ 242,3 juta. Hingga Juli 2012 neraca perdagangan migas bervariasi antara defisit dan surplus.

Setelah itu, neraca migas konsisten mencatatkan defisit dengan hanya sekali mencatatkan surplus pada Februari 2015 sebesar US$ 33,8 juta. Bahkan pada Desember 2021, defisit neraca migas telah membengkak hingga mencapai US$ 2,3 miliar. Simak databoks berikut:

Dari sisi hulu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menargetkan lifting minyak Indonesia tahun ini mencapai 703.000 barel per hari (bph) sedangkan kebutuhannya mencapai 1,4 juta bph.

Sampai dengan kuartal I 2022, realisasi lifting minyak hanya tercapai 611.700 bph. Ini menjadi salah satu faktor pendorong semakin besarnya impor minyak yang membuat defisit neraca perdagangan semakin membengkak.

Lalu bagaimana negara yang wilayahnya tidak lebih luas dibandingkan DKI Jakarta ini mampu mengekspor minyaknya ke Indonesia dengan volume yang begitu besar?Jangankan ladang minyak, untuk memenuhi kebutuhan pangannya sendiri Singapura mengandalkan 90% dari impor.

Singapura tidak memiliki sumber daya hidrokarbon dan mengimpor minyak mentah untuk industri penyulingan dan petrokimianya. Lebih dari dua pertiga impor minyak mentah Singapura berasal dari Uni Emirat Arab, Qatar, Arab Saudi, dan Kuwait.

Singapura juga mengimpor minyak mentah dari Indonesia. Menurut data BPS pada 2020 ekspor minyak mentah Indonesia ke Singapura mencapai 718,4 ribu ton senilai US$ 239,8 juta. Sejak 2001 Singapura selalu masuk dalam lima besar tujuan ekspor minyak mentah utama Indonesia.

Singapura merupakan hub minyak dunia yang menjadi pusat kilang dan pengekspor produk minyak terbesar kelima di dunia. Tiga kilang Singapura memiliki kapasitas penyulingan minyak mentah gabungan sebesar 1,3 juta bph, menurut perkiraan Januari 2021 dari Oil & Gas Journal (OGJ).

Setidaknya, ada 3 kilang minyak besar yang beroperasi di Singapura, ketiganya yakni Shell Pulau Bukom Refinery dengan kapasitas 500.000 bph, ExxonMobil Jurong Island Refinery 605.000 bph, dan SRC Jurong Island Refinery 290.000 bph.

Dengan kapasitas sebesar itu, Singapura mampu mengolah minyak bumi yang diimpor dari Asia Tenggara dan Timur Tengah untuk kemudian diolah menjadi BBM siap ekspor. Konsumsi BBM Singapura pun sangat kecil sehingga sebagian besar BBM hasil penyulingan bisa diekspor.

Sebagian besar produk minyak sulingan dan ekspor petrokimia Singapura ditujukan ke negara-negara tetangga di Asia. Malaysia, Indonesia, Australia, dan Cina bersama-sama menyumbang hampir 60% dari ekspor produk minyak olahan. Tujuan utama ekspor petrokimia Singapura yaitu Cina, Indonesia, India, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Sedangkan Indonesia mengonsumsi 1,4 juta bph BBM dengan kapasitas kilang yang hanya sekitar 1,1 juta bph. Selama 15 tahun terakhir kapasitas kilang di Indonesia hanya bertambah sekitar 32 ribu bph dari 1,094 juta bph pada 2007 menjadi 1,126 juta bph pada 2020. Simak databoks berikut:

Inilah mengapa Indonesia menjadi net importer minyak. Singapura, sebagai hub minyak dunia, menjadi negara asal impor minyak olahan terbesar lantaran posisinya secara geografis yang sangat dekat.

Dengan lokasi yang dekat tersebut tidak dibutuhkan biaya pengiriman dan logistik yang besar dibandingkan mengimpor dari produsen minyak lainnya yang berlokasi di timur tengah, atau dari Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan pengekspor minyak terbesar di dunia.