Penemuan ladang minyak dan gas (migas) oleh perusahaan asal Inggris Premier Oil di Blok Andaman II perairan Aceh menandakan sinyal positif soal masih adanya sejumlah cekungan migas di wilayah Indonesia.
Sumur yang berdasarkan pengujian mampu mengalirkan gas sebesar 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan 1.884 barel kondensat per hari (BOPD) ini berpotensi menjadi buruan para investor migas.
Direktur Eksekutif ReforMiner, Komaidi Notonegoro mengatakan bahwa penemuan ini menegaskan cekungan migas di Indonesia masih banyak dan cadangannya masih besar. Ia berharap, temuan ini bisa mendorong investasi di sektor hulu migas sekaligus dapat segera dikelola dan dimanfaatkan sebagai salah satu pemasok energi bagi Indonesia.
"Sinyalnya positif. Ini akan menjadi pasokan energi di masa depan maupun bahan baku di domestik," ujar Komaidi kepada Katadata.co.id, Selasa (12/7), sembari menambahkan bahwa mayoritas lapangan yang ditemukan saat ini didominasi oleh temuan ladang gas bumi ketimbang minyak.
Harapan tersebut muncul usai lesunya torehan investasi pada kegiatan hulu migas pada semester I tahun ini yang baru mencapai US$ 4,8 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 4,92 miliar.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pun mengakui bahwa realisasi investasi migas ttersebut relatif kecil di tengah momentum tingginya harga minyak mentah dan gas dunia.
Komaidi menambahkan, pemerintah diharap bisa memberikan sejumlah insentif kepada para investor yang ingin menggarap temuan tersebut agar dapat segera dilanjutkan ke tahap eksplorasi hingga produksi migas.
"Seperti pembebasan pajak, perizinan dipercepat sehingga mereka (investor) ada margin. Sebenarnya cadangan migasnya ada, tapi kalau mau diproduksi kan butuh biaya tertentu. Misal harga minyak 100, biayanya 100. Kan gak dapat apa-apa mereka. Supaya biayanya gak 100, mereka butuh insentif," ujarnya.
Adapun Premier Oil, anak usaha Harbour Energy company, menemukan cadangan minyak dan gas bumi atau migas usai menyelesaikan pengeboran sumur eksplorasi Timpan-1. Pengeboran dilakukan pada kedalaman air 4.245 kaki, dengan sumur bor secara vertikal pada kedalaman 13.818 kaki di bawah laut Blok Andaman II.
Deputi Perencanaan SKK Migas, Benny Lubiantara, menyampaikan apresiasi kepada jajaran SKK Migas dan Premier Oil atas sinergi yang dilakukan sehingga berhasil menemukan cadangan migas di Blok Andaman II.
“Penemuan ini tidak hanya kabar yang menggembirakan bagi Premier Oil sebagai operator, tetapi juga bagi industri hulu migas secara keseluruhan," kata Benny dalam siaran pers, Senin (11/7).
Pada kesempatan tersebut, Benny menyampaikan SKK Migas melakukan upaya pengeboran sumur eksplorasi pada 2022, mencapai 42 sumur atau tinggi dibandingkan realisasi pengeboran sumur eksplorasi 2021 dengan 28 sumur.
Ke depan, SKK Migas akan mendorong Premier Oil untuk melakukan pengeboran di struktur lain di Blok Andaman yang memiliki sejumlah struktur serupa.
“Premier Oil akan fokus pada struktur-struktur di area barat yang memiliki play yang sama dengan yang discovery sekarang ini. Optimis kedepannya akan ditemukan lagi cadangan migas di blok ini," ujar Benny.