Harga minyak naik di perdagangan Eropa hari ini, Jumat (29/7), mendekati US$ 110 per barel. Pasar memfokuskan perhatiannya pada pertemuan OPEC+ pekan depan lantaran diperkirakan negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya itu, tidak mampu mengerek produksinya sesuai harapan pasar.
Minyak berjangka Brent untuk kontrak September naik lebih dari US$ 2 ke level US$ 109,5 per barel. Sedangkan minyak mentah Amerika Serikat (AS), West Texas Intermediate (WTI) juga naik lebih dari US$ 2 menjadi US$ 98,56 per barel. Artinya kedua harga minyak acuan dunia ini turun untuk dua bulan secara berturut-turut, Brent turun 4,6% sedangkan WTI 6,8%.
Nilai tukar dolar yang melemah dibandingkan sekeranjang mata uang dunia serta ekuitas yang lebih kuat turut menjadi sentimen yang mendorong kenaikan harga minyak. Penurunan nilai dolar membuat minyak lebih murah bagi pembeli dengan mata uang lain.
Ekuitas global, yang sering bergerak beriringan dengan harga minyak, naik karena harapan bahwa pengetatan moneter AS tak akan hawkish seperti yang diperkirakan semula setelah rilis data pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan.
“Ini tentu terasa seperti kita kembali ke mode trade-off lagi, di mana sentimen bergeser antara risiko resesi di semester II dan pasar (minyak) yang secara fundamental kekurangan pasokan,” kata Managing Partner SPI Asset Management, Stephen Innes, seperti dikutip Reuters, Jumat (29/7).
Brent kontrak bulan depan dijual dengan premi yang meningkat ke bulan-bulan berikutnya, struktur pasar yang dikenal sebagai backwardation, menunjukkan pasokan yang ketat saat ini.
“Pasar minyak di Eropa jauh lebih ketat daripada di AS, yang juga tercermin dalam kurva maju Brent yang turun tajam,” kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
Pendorong utama adalah pertemuan berikutnya dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, pada 3 Agustus.
Sumber OPEC+ mengatakan kelompok itu akan mempertimbangkan untuk menjaga produksi minyak tidak berubah untuk September, dengan dua sumber OPEC+ mengatakan kenaikan moderat akan dibahas.
Keputusan untuk tidak menaikkan produksi akan mengecewakan AS setelah Presiden Joe Biden mengunjungi Arab Saudi bulan ini dengan harapan mencapai kesepakatan untuk peningkatan produksi.
Analis, bagaimanapun, mengatakan akan sulit bagi OPEC+ untuk meningkatkan pasokan, mengingat banyak produsen sudah berjuang untuk memenuhi kuota produksi.