Dorong Bisnis PLTS, Pertamina Akan Manfaatkan Captive Market 1.500 MW

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyebut pengembangan bisnis PLTS akan diserupakan dengan bisnis gas.
4/11/2022, 07.14 WIB

PT Pertamina tengah mendorong pengembangan energi terbarukan, khususnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) melalui anak usahanya PT Pertamina New Renewable Energy (NRE). Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan Pertamina NRE memiliki modal besar berupa pasar khusus atau captive market di internal Pertamina mencapai 1.500 MW. 

Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati menjelaskan, Pertamina NRE memiliki modal yang jauh lebih besar dalam mengembangkan PLTS dibandingkan perusahaan lain yang menyediakan bisnis serupa.

"Solar Photovoltaic ada sekitar 800 MW maksimal 1500 MW. Boleh ditanya perusahaan lain ada gak yang punya captive market sebesar itu," ujar Nicke dalam acara Launching Pertamina NRE di Grha Pertamina Jakarta pada Kamis (3/11).

 

Ia mengatakan, Pertamina saat ini memiliki aset lahan yang dapat digunakan untuk pengembangan PLTS. Dengan demikian, tak perlu lagi mengurus perizinan. "Kalau uang kurang tinggal bicara ke direktur keuangan akan alokasikan. Pola integrasi dari hulu ke hilir seperti dulu Pertamina bangun bisnis minyak and gas," kata Nicke.

Direktur Utama Pertamina NRE Dannif Danusaputro, mengatakan pihaknya masih harus mengatasi sejumlah tantangan dalam pengembangan EBT. Satu diantaranya, yakni adanya praktik dominasi tunggal di sektor bisnis EBT di Tanah Air.

"Selama ini Pertamina di minyak dan gas, industri yang berbeda. Banyak tantangan sehingga kami perlu menyesuaikan diri. Di Indonesia masih banyak tantangan dari sektor pembangkit, masih banyak monopoli yang harus dihadapi bersama," ujar Dannif.

Pertamina telah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar US$ 11, miliar atau Rp 170,9 triliun (kurs Rp 15.200) untuk pengembangan bisnis energi baru terbarukan (EBT), panas bumi, gas, bioenergi, perdagangan karbon serta ekspansi bisnis pada baterai dan kendaraan listrik. Adapun perusahaan energi pelat merah ini tengah berupaya untuk mengejar target porsi energi gas sebesar 19% dan EBT sebesar 17% dalam bauran energinya pada 2030.

VP of Technical and engineering PT Pertamina Power Indonesia Nanang Kurniawan mengatakan produk bisnis energi bersih yang ditawarkan oleh perusahaan masih minim. Pada 2021, produksi gas masih berada di tingkat 15% dari total bauran energi yang di produksi Pertamina. Sementara itu, produk EBT masih berada di kisaran 1%. Produksi pengolahan bahan bakar minyak masih menjadi pabrikan terbesar dengan 81%.

“Pertamina menjalankan peran di satu sisi kewajiban untuk menjalankan penyediaan energi nasional dan juga menjalankan bisnis EBT,” kata Nanang saat menjadi pembicara di UOB Economic Outlook 2023 pada Kamis (29/9).

Pemerintah telah menggelontorkan dana besar untuk proses transisi energi dengan menargetkan investasi sektor energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE) dapat mencapai US$ 3,91 miliar pada 2022. Investasi ini terdiri dari US$ 0,16 miliar untuk bioenergi, US$ 2,79 miliar untuk aneka EBT, dan US$ 0,95 miliar untuk panas bumi.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu