Sumur Rencong-1X Kering, Repsol Diminta "Gali" Terus Blok Andaman III

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Kegiatan produksi hulu migas berlangsung di Anjungan Central Plant dan Anjungan Bravo Flow Station Pertamina Hulu Energi (PHE) Offshore North West Java (ONWJ), lepas pantai utara Subang, Laut Jawa, Jawa Barat, Minggu (2/4/2023).
19/5/2023, 19.42 WIB

Kementerian ESDM mendorong Repsol untuk terus menggali potensi migas di Blok Andaman III menyusul hasil eksplorasi migas di Sumur Rencong-1X yang mendapati hasil kering atau tidak menemukan cadangan migas (dry with show).

Direktur Jenderal Migas, Tutuka Ariadji, mengatakan bahwa hasil negatif yang diperoleh Repsol di Sumur Rencong-1X bisa menjadi petunjuk lanjutan dalam upaya pencarian potensi sumber daya migas di perairan Selat Malaka tersebut.

“Secara geologi, kegagalan itu bisa mengidentifikasi potensi migas itu larinya ke mana,” kata Tutuka di Kementerian ESDM, Jakarta, pada Jumat (19/5).

Tutuka menjelaskan bahwa Blok Andaman III memiliki karakteristik yang berbeda dengan Blok Andaman I dan Andaman II. Menurutnya, Andaman I dan II cenderung mengarah ke utara yang berbatasan dengan wilayah laut Thailand.

Area Adaman terdiri dari empat blok atau wilayah kerja (WK) yang terdiri dari Andaman I yang dikelola oleh Mubadala Petroleum, Andaman II oleh Premier Oil, dan Andaman III oleh Repsol Andaman B.V di Sumur Rencong-1X di dasar laut sedalam 1.100 meter di Perairan Selat Malaka.

Kementerian ESDM kini terus berkomunikasi dengan perusahaan migas asal Spanyol tersebut untuk menindaklanjuti area pengeboran lainnya setelah hasil kurang memuaskan di Sumur Rencong 1-X. “Andaman III dapurnya berbeda, tidak terlalu prospektif dibandingkan Andaman I dan II bisa saja,” ujar Tutuka.

Di blok Andaman III, Repsol menguasai hak partisipasi sebesar 51% dan Petronas 49% dengan recoverable reserve 1,89 juta barel minyak ekuivalen. “Repsol memang di Andaman III tapi kami gak tahu mereka apakah akan kemana, karena masalah biaya dan dana besar,” kata Tutuka.

Kekhawatiran serupa juga terjadi pada pengembangan sumur gas Blok Andaman II yang ternyata menemui kendala. Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil, anak usaha Harbour Energy sekaligus operator blok tersebut melaporkan karakteristik dari sumur Timpan-1 meleset dari perkiraan awal perusahaan.

Kementerian ESDM juga memastikan pengembangan Blok Andaman II akan terus berlanjut meski ada kekhawatiran bahwa karakteristik dari sumur Timpan-1 meleset dari perkiraan awal, yang berdampak pada keekonomian proyek.

Adapun Sumur gas Andaman II akan mulai berproduksi atau onstream pada tahun 2028. Ladang gas yang terletak di lepas Pantai Aceh ini dikelola oleh tiga perusahaan yang terdiri dari Harbour Energy, Mubadala Petroleum, dan BP.

Direktur Harbour Energy, Linda Zarda Cook, mengatakan perusahaan telah mengevaluasi post drill sebagai tindak lanjut dari kegiatan eksplorasi penemuan cadangan minyak dan gas bumi (Migas) di lepas pantai cekungan Sumatera Utara itu.

"Pada sisi yang lebih mengkhawatirkan, permeabilitas berada di bawah ekspektasi, artinya kualitas reservoir di lokasi itu tidak sebaik yang kami harapkan," kata Linda Zarda Cook dalam siaran perusahaan Agustus lalu.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu